Anggota Parlemen Eropa memilih untuk memasukkan IRGC ke dalam daftar teror blok 27 negara tersebut sehubungan dengan aktivitas terorisnya, penindasan terhadap pengunjuk rasa dan pasokan drone ke Rusia.
Pemungutan suara itu tidak mengikat tetapi datang dengan menteri luar negeri Uni Eropa yang akan membahas sanksi pengetatan terhadap republik Islam itu minggu depan.
"Jika orang Eropa membuat kesalahan, mereka harus menerima konsekuensinya," kata kepala IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami, dilansir dari AFP, Sabtu, 21 Januari 2023.
Menurut Salami, Uni Eropa berpikir bahwa dengan pernyataan seperti itu dapat mengguncang pasukan besar ini.
Baca juga: Parlemen Uni Eropa Desak Sanksi Terhadap Garda Revolusi, Iran Berang
"Kami tidak pernah khawatir tentang ancaman semacam itu atau bahkan menindaknya, karena sebanyak musuh kami memberi kami kesempatan untuk bertindak, kami bertindak lebih kuat," tambahnya.
Pengawal mengawasi pasukan paramiliter Basij, yang telah dikerahkan untuk melawan protes sejak pertengahan September yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22) setelah penangkapannya karena diduga melanggar aturan berpakaian wanita Iran. Pihak berwenang di Iran mengatakan ratusan orang, termasuk anggota pasukan keamanan, tewas dan ribuan ditangkap dalam kerusuhan itu.
IRGC, dibentuk tak lama setelah Revolusi Islam 1979, menjawab pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan membanggakan angkatan darat, laut dan udara mereka sendiri.
Amerika Serikat telah menempatkan IRGC dan cabang asingnya, Pasukan Quds, dalam daftar “organisasi teroris asing”. Komentar Salami datang saat dia menerima pembicara parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf, mantan komandan angkatan udara Garda.
"Kami di parlemen siap untuk menangani dengan tegas setiap tindakan yang mencoba untuk merugikan Korps Pengawal Revolusi Islam dan mendistorsi kebenaran," pungkas Ghalibaf.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News