Pasukan di Bourzanga, sebuah kota di wilayah utara yang sering menjadi target serangan ekstremis, "dengan penuh semangat menghalau serangan di sebuah pangkalan pada Sabtu kemarin," ucap keterangan militer Burkina Faso.
"Para penyerang adalah teroris yang datang dalam jumlah besar dan bersenjata lengkap," sambungnya, dikutip dari laman Al Arabiya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tidak hanya menewaskan lima prajurit, serangan para ekstremis juga melukai 10 lainnya. "Data saat ini menunjukkan bahwa setidaknya 30 teroris telah dibunuh," sebut militer Burkina Faso.
"Musuh terpaksa mundur di hadapan kekuatan pasukan darat dan intervensi angkatan udara," lanjutnya.
Sejumlah "teroris" dikabarkan membaur dengan masyarakat setempat untuk menghindari kejaran militer. Mereka meninggalkan persenjataan, sepeda motor dan juga peralatan komunikasi dalam pelarian tersebut.
Prajurit Burkina Faso telah menyita sebuah kendaraan lapis baja dan truk pikap yang pernah digunakan para penyerang.
Burkina Faso telah dilanda gelombang serangan ekstremis sejak 2015, yang sebagian besarnya terkait dengan kelompok al-Qaeda dan Islamic State (ISIS). Lebih dari 2.000 orang tewas dan 1,8 juta lainnya telantar akibat pertempuran tersebut.
Kamis kemarin, 11 tentara Burkina Faso tewas dalam serangan ekstremis di wilayah timur. Kepala pemerintahan baru di Burkina Faso, Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, mengatakan bahwa sektor keamanan adalah salah satunya "prioritas" utamanya.
Damiba menggulingkan presiden terpilih Roch Marc Christian Kabore pada Januari lalu, dengan menuduhnya sebagai sosok yang tidak efektif dalam menghadapi serangan ekstremis.
Baca: Pemimpin Junta Burkina Faso Dilantik sebagai Presiden