Pemberontak Suriah. (Omar Haj Kadour/AFP)
Pemberontak Suriah. (Omar Haj Kadour/AFP)

Israel Penyebab Perang Suriah Kembali Membara, Ini Penjelasannya

Riza Aslam Khaeron • 05 Desember 2024 17:34
Jakarta: Ketegangan di Suriah kembali meningkat setelah pemberontak anti-Assad berhasil melancarkan serangan kilat dan merebut kota Aleppo dalam waktu 72 jam pada 27 November 2024.
 
Kesuksesan ini diduga tak lepas dari pengaruh operasi militer Israel terhadap Hizbullah dan Iran di wilayah tersebut. Kok bisa? Ini penjelasannya.
 

Keterlibatan Israel dalam Konflik Suriah

Situasi di Suriah kembali memanas setelah serangan militer Israel terhadap Hizbullah dan Iran di Lebanon mengakibatkan penurunan signifikan kekuatan militer rezim Bashar al-Assad.
 
Sejak Oktober 2023, Israel telah melancarkan beberapa operasi militer, seperti serangan udara dan operasi ledakan pager bulan September yang menargetkan Hizbullah dan Iran di Lebanon serta rezim Assad.

Hal ini melemahkan Hizbullah yang mendukung Assad, memberikan kesempatan bagi pemberontak Suriah untuk melancarkan serangan kejutan.
 
"Mereka (pemberontak) mengenali dengan baik kelemahan kritis, bahkan historis, yang sedang dialami oleh 'Poros Perlawanan', terutama Hizbullah dan Iran," ucap Carmit Valensi, professor pertahanan Israel di Tel Aviv.
 
Hizbullah terutama, dilemahkan oleh rangkaian serangan udara dan invasi darat Israel di Lebanon. Mengingat beberapa operasi ini "memenggal" organisasi tersebut dengan pembunuhan Sekjen Hassan Nasrallah pada bulan September.
 
Ketika Lebanon dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata dengan Israel pada akhir bulan November, mereka melihat hal tersebut sebagai kesempatan.
 
"Kami melihat kesepakatan [gencatan senjata] dengan Hizbullah dan memahami bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membebaskan tanah kami," ucap pria yang mengaku sebagai Komandan pemberontak Suriah kepada Channel 12 Israel.
 
"Operasi ini sangat penting. Kami tidak akan membiarkan Hizbullah bertempur di wilayah kami dan tidak akan membiarkan Iran berakar disana," lanjut pria tersebut
 
Di sisi lain, rezim Assad juga mengalami kesulitan mendapatkan bantuan militer dari Rusia, yang saat ini lebih fokus pada konflik berkepanjangan di Ukraina.
 
Mereka juga kesulitan mendapatkan bantuan dari Iran karena serangan-serangan Israel seperti yang terjadi pada bulan Oktober.
 
 Keadaan ini semakin memperlemah posisi Assad di medan perang, memungkinkan pemberontak untuk maju lebih jauh ke arah selatan Suriah. 
 
Namun, keberhasilan sementara pemberontak ini belum tentu bertahan lama, mengingat kemungkinan kembalinya pasukan Iran dan Hizbullah ke Suriah untuk memperkuat pertahanan Assad jika situasi semakin memburuk.
 

Kesimpulan

Keterlibatan Israel dalam konflik Suriah telah membawa perubahan signifikan dalam dinamika kekuatan di kawasan tersebut.
 
Serangan terhadap Hizbullah dan Iran tidak hanya melemahkan posisi mereka, tetapi juga membuka peluang bagi pemberontak Suriah untuk kembali bangkit.
 
Namun, keberhasilan ini masih sangat rentan, mengingat ketidakpastian dukungan militer dan risiko kekosongan kekuasaan yang bisa menciptakan situasi yang lebih kacau di Suriah. Israel, di sisi lain, tetap waspada agar situasi Suriah tidak Spillover ke negara mereka.
 
Jika pemberontak berhasil menang, muncul pertanyaan apa yang akan mereka lakukan terhadap Israel. Mengingat Israel masih mengokupasi Ketinggian Golan yang merupakan wilayah Suriah sampai tahun 1967.
 
Baca Juga:
Terus Desak Rezim Assad, Pasukan Pemberontak Dekati Kota Hama
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan