Salah satu komunitas yang menonjol adalah Druze, sebuah kelompok agama dengan identitas dan tradisi yang khas. Keberadaan Druze tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial dan budaya, tetapi juga pada keputusan politik dan militer di kawasan tersebut.
Pada Desember 2024, Israel melancarkan invasi ke Suriah, kontak dengan komunitas Druze sebagai salah satu alasan utama.
Namun, apa sebenarnya kepercayaan dan peran strategis kelompok ini dalam konflik tersebut? Ini penjelasannya
Druze dalam Invasi Israel ke Suriah dan Rencana Strategis Israel
Pada Desember 2024, Israel melancarkan invasi ke Suriah setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Salah satu alasan yang digunakan adalah melindungi komunitas Druze di sekitar Mount Hermon dari "potensi ancaman kelompok ekstremis", yang disebut mengambil alih wilayah tersebut setelah kekalahan pasukan Assad.Namun, latar belakang geopolitik invasi ini lebih kompleks. Israel mengumumkan rencana strategis yang terdiri dari empat poin utama, salah satunya adalah:
"Membentuk zona keamanan yang meluas melampaui zona penyangga, dengan fokus pada penghapusan senjata berat dan infrastruktur teroris yang berpotensi mengancam Israel, sambil menjalin hubungan dengan komunitas Druze dan komunitas regional lainnya," Menteri Keamanan Israel, Israel Katz, 9 Desember.
Identitas dan Kepercayaan
Druze adalah kelompok agama monoteistik yang unik, dengan populasi utama tersebar di Suriah, Lebanon, Israel, dan Yordania.Berasal dari Isma'ilisme dalam Islam, Druze telah berkembang menjadi kepercayaan yang terpisah, menggabungkan elemen Gnostik, Neoplatonik, dan tradisi spiritual lainnya.
Mereka menyebut diri mereka "muwa??id?n," yang berarti "unitarian," mengacu pada keyakinan mereka pada satu Tuhan.
Kepercayaan Druze menekankan nilai-nilai monoteisme absolut, reinkarnasi, dan penyatuan jiwa dengan Akal Kosmik (al-?Aql al-Kull?). Dalam ajaran Druze, reinkarnasi adalah proses esensial di mana jiwa manusia, setelah kematian, kembali ke dunia dalam tubuh manusia lain.
Reinkarnasi ini hanya terjadi di antara komunitas Druze sendiri, menjaga kontinuitas dan eksklusivitas dalam perjalanan spiritual mereka.
Ajaran mereka dituangkan dalam "Epistles of Wisdom" (Rasa'il al-Hikma), teks suci yang menjadi pedoman spiritual utama. Druze percaya pada konsep teofani dan inkarnasi, di mana esensi Ilahi dapat terwujud dalam berbagai bentuk.
Teofani, dalam ajaran Druze, merujuk pada manifestasi Tuhan yang hadir di dunia melalui berbagai cara, termasuk dalam wujud pemimpin spiritual atau peristiwa ilahi yang dianggap membawa pencerahan kepada umat manusia.
Sementara itu, inkarnasi dipahami sebagai kelahiran kembali jiwa dalam bentuk manusia lain, yang dianggap sebagai proses penyucian dan penyempurnaan spiritual hingga mencapai penyatuan dengan Akal Kosmik.
Tokoh-tokoh agama mereka, seperti Hamza ibn Ali dan al-Hakim bi-Amr Allah, dianggap sebagai figur sentral dalam pengembangan doktrin ini.
Selain itu, mereka menghormati nabi-nabi dari agama-agama Abrahamik, seperti Musa, Yesus, dan Muhammad, serta tokoh-tokoh mistik seperti Salman al-Farisi dan al-Khidr.
Sejarah mereka mencatat awal mula di Mesir pada masa kekuasaan al-Hakim bi-Amr Allah, seorang khalifah Fatimiyah yang memproklamasikan dirinya sebagai figur Ilahi.
Gerakan ini memicu ketegangan di kalangan Ismailiyah dan menghadapi penindasan setelah kematian al-Hakim.
Sebagian besar komunitas Druze kemudian bermigrasi ke daerah pegunungan di Suriah dan Lebanon, di mana mereka mempertahankan identitas dan ajaran mereka hingga saat ini.
Komunitas Druze membedakan antara dua kelompok utama dalam masyarakatnya: "uqq?l" (kaum bijak), yang memiliki akses ke rahasia agama dan bertanggung jawab menjaga tradisi spiritual, serta "juhh?l" (orang awam), yang lebih terfokus pada kehidupan sehari-hari.
Tradisi Druze sangat eksklusif, tidak menerima konversi, dan cenderung merahasiakan ajaran serta praktik keagamaan mereka.
Druze di Israel: Identitas dan Hubungan dengan Negara
Druze memiliki sejarah panjang hubungan dengan Israel, di mana mereka diakui sebagai komunitas religius yang terpisah sejak 1957.Sebagai minoritas etnoreligius, mereka membentuk sekitar 1,6% dari populasi Israel dengan sekitar 143.000 jiwa pada tahun 2019. Mayoritas komunitas ini tinggal di Galilea, Gunung Karmel, dan Dataran Tinggi Golan.
Druze di Israel menikmati status unik sebagai kelompok yang terintegrasi dengan baik dalam masyarakat Israel.
Mereka diwajibkan menjalani wajib militer, berbeda dengan warga Arab Muslim atau Kristen, dan beberapa di antaranya mencapai posisi tinggi di bidang militer maupun politik.
Hubungan mereka dengan negara sering digambarkan sebagai "perjanjian darah" karena keterlibatan mereka yang besar dalam menjaga keamanan Israel.
Namun, posisi mereka juga penuh dinamika. Meski banyak yang mendukung negara Israel, ada pula kelompok Druze di Dataran Tinggi Golan yang lebih memilih loyalitas terhadap Suriah, terutama sebelum pecahnya perang saudara di negara tersebut.
Perbedaan ini mencerminkan keragaman sikap politik di dalam komunitas mereka, yang tetap menjadi aspek penting dalam hubungan mereka dengan Israel.
Baca Juga:
Israel Invasi Suriah usai Keruntuhan Rezim Assad, Apa Alasannya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id