Teheran tidak ingin lagi Washington secara sepihak menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) seperti yang pernah dilakukan di era Donald Trump.
"AS harus menunjukkan mereka memiliki kapabilitas dan kesediaan untuk menghadirkan jaminan, bahwa mereka tidak akan lagi meninggalkan perjanjian jika negosiasi mendatang berlangsung sukses," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dalam sebuah konferensi pers virtual, dikutip dari Middle East Eye, Senin, 8 November 2021.
Khatibzadeh mengatakan, negosiator utama isu nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, akan pergi ke Inggris, Prancis dan Jerman pada pekan ini untuk membicarakan seputar kelanjutan negosiasi JCPOA.
Menyerukan kembali posisi Iran terkait JCPOA, Khatibzadeh mendorong AS untuk mencabut semua sanksi yang pernah dijatuhkan kepada negaranya di era Trump pada 2018. Tidak hanya itu, Iran juga ingin AS "mengakui kesalahan yang telah dibuat" saat menarik diri secara sepihak.
Sebenarnya Iran terus mematuhi komitmen-komitmen dalam JCPOA, termasuk seputar jumlah uranium -- salah satu bahan utama dalam pembuatan senjata nuklir. Namun setelah AS mundur dari JCPOA, Iran mulai mengurangi komitmen mereka.
Saat Joe Biden menjadi presiden AS pada Januari tahun ini, ia dan pemerintahannya bertekad untuk kembali ke JCPOA. Rangkaian negosiasi berakhir pada Juni lalu, dan putaran selanjutnya dijadwalkan berlangsung di Wina pada 29 November mendatang.
"Tidak akan ada yang berubah di Wina jika AS tidak mengubah pendekatannya terkait dampak yang telah ditimbulkan Trump, terutama seputar sanksi ekonomi," ujar Khatibzadeh.
Baca: Iran Memulai Latihan Militer Tahunan Jelang Dialog Nuklir
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News