Jalanan sepi di kota Khartoum, Sudan, di tengah berlanjutnya pertempuran antara militer dan paramiliter, 27 April 2023. (AFP)
Jalanan sepi di kota Khartoum, Sudan, di tengah berlanjutnya pertempuran antara militer dan paramiliter, 27 April 2023. (AFP)

Serangan Udara Gempur Khartoum di Tengah Perpanjangan Gencatan Senjata

Willy Haryono • 28 April 2023 08:46
Khartoum: Pesawat jet tempur Sudan menggempur paramiliter di Khartoum sepanjang Kamis kemarin, sementara pertempuran mematikan dan penjarahan terus berkobar di kota Darfur. Ini terjadi di saat militer Sudan dan pasukan paramiliter sepakat memperpanjang gencatan senjata yang ada, bahkan di saat pertempuran masih berkecamuk.
 
Di jam-jam terakhir gencatan senjata tiga hari yang berulang kali dilanggar, yang berakhir pada Jumat tengah malam (2200 GMT), militer Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) mengumumkan perpanjangan 72 jam menyusul tekanan dari Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
 
Baca juga:  2 Warga AS Tewas dalam Aksi Kekerasan di Sudan

Ada banyak upaya gencatan senjata sejak pertempuran pecah pada 15 April antara tentara Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan paramiliter RSF yang dipimpin wakilnya yang menjadi saingannya, Mohamed Hamdan Daglo. Semua upaya itu gagal.
 
Melansir dari Malay Mail, Kamis, 27 April 2023, otoritas asing yang terlibat dalam upaya memadamkan pertempuran menyambut baik kesepakatan perpanjangan gencatan senjata dan mendesak implementasi penuh tanpa pelanggaran.
 
Dalam pernyataan bersama, Uni Afrika, PBB, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat memuji "kesiapan kedua belah pihak untuk terlibat dalam dialog menuju penghentian permusuhan yang lebih tahan lama dan memastikan akses kemanusiaan tanpa hambatan."
 
Melakukan hal itu, kata mereka, dapat diikuti oleh deeskalasi yang dipetakan dalam rencana perdamaian 20 April.

'Penembakan intens di luar'

Sepanjang Kamis kemarin, pesawat-pesawat tempur berpatroli di pinggiran utara ibu kota Sudan di saat para pejuang darat saling bertukar tembakan artileri dan senapan mesin berat, kata sejumlah saksi mata.
 
"Saya mendengar tembakan hebat di luar rumah saya," kata seorang warga Khartoum kepada AFP.
 
Setidaknya 512 orang tewas dan 4.193 terluka dalam pertempuran di Sudan, menurut angka kementerian kesehatan, meski jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
 
Sejumlah rumah sakit telah dibombardir dan lebih dari dua pertiga tidak berfungsi, menurut keterangan serikat dokter, melaporkan setidaknya delapan warga sipil tewas di Khartoum saja pada Rabu lalu.
 
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan bahwa aksi kekerasan di Sudan dapat menjerumuskan jutaan orang ke dalam kelaparan, di negara di mana 15 juta orang - sepertiga dari populasi - membutuhkan bantuan.
 
Abdou Dieng, kepala bantuan PBB di Sudan, berbicara dari Port Sudan kemarin. Ia mengaku "sangat khawatir dengan situasi saat ini," secra spesifik perihal persediaan makanan yang semakin menipis.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan