Zarif menegaskan bahwa AS menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di bawah kepemimpinan Donald Trump pada 2018, sementara Iran kala itu tetap mematuhi kesepakatan tersebut.
"Amerika Serikat yang meninggalkan perjanjian," kata Zarif, dilansir dari laman The Hill pada Minggu, 7 Februari 2021.
"Mereka yang telah melanggar perjanjian, dan menghukum negara manapun yang tetap menghormati dan tunduk pada kesepakatan. Jadi Amerika Serikat lah yang seharusnya kembali ke perjanjian dan memenuhi tanggung jawabnya," lanjutnya.
Ia mengakui bahwa Iran memang "mengurangi beberapa komitmennya" terkait JCPOA karena AS menarik diri tiga tahun lalu. Namun ia juga menegaskan Iran siap kembali mematuhi JCPOA sepenuhnya jika AS memutuskan kembali ke perjanjian.
Baca: Iran Tolak Negosiasi Baru Perjanjian Nuklir 2015
Menurut Zarif, sekarang adalah waktunya bagi pemerintahan Joe Biden untuk membuat keputusan. Apakah Biden akan mengakhiri kebijakan gagal Trump, atau justru melanjutkannya.
"Jika mereka memutuskan untuk melanjutkan kegagalan (Trump), maka mereka hanya akan mendapat kegagalan," ungkap Zarif.
Pernyataan Zarif merupakan respons terhadap posisi pemerintahan Biden yang akan kembali ke JCPOA jika Iran terlebih dahulu mematuhi sepenuhnya perjanjian tersebut.
Bulan lalu, Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Majid Takht-Ravanchi mengatakan bahwa "jendela kesempatan" bagi AS untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan Trump dan bergabung kembali dengan JCPOA sudah semakin menutup. Iran mendorong AS untuk melakukan keduanya sebelum 21 Februari mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News