"Tim medis tidak dapat menjangkau puluhan jenazah yang bergelimpangan di jalanan," tambah pernyataan Hamas, mengutip dari laman Xinhua pada Senin, 29 Januari 2024.
Hamas mengatakan bahwa sejumlah warga Gaza harus menguburkan jenazah korban serangan Israel di halaman Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Ini dilakukan karena membawa para korban ke area pemakaman bukan merupakan sesuatu yang mungkin untuk dilakukan di tengah gempuran Israel.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa Rumah Sakit Nasser telah dipenuhi limbah medis karena blokade tentara Israel. Disebutkan bahwa setidaknya 7.000 orang yang terluka dan sakit di Gaza sangat membutuhkan perawatan medis.
Kelompok Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina memperingatkan mengenai menipisnya pasokan oksigen di Rumah Sakit Al-Amal di Khan Younis di tengah pengepungan pasukan Israel. Hal ini mempersulit tim medis rumah sakit dalam melakukan operasi bedah.
Sejak dimulai pada 7 Oktober 2023, perang antara Israel dan Hamas telah menewaskan 26.422 orang di Gaza, dengan jumlah korban luka bertambah menjadi 65.087, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza per hari Minggu kemarin.
Sementara angka kematian akibat serangan Hamas di Israel berkisar 1.200. Mengenai serangan kilat ini, Israel menuduh beberapa staf Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) ikut terlibat.
Tuduhan tersebut membuat Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara lain menangguhkan pendanaan untuk UNRWA.
Baca juga: Ikuti Langkah AS, Jepang dan Prancis Ikut Tangguhkan Pendanaan ke UNRWA
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News