Ilustrasi Covid-19. (Medcom.id)
Ilustrasi Covid-19. (Medcom.id)

Sambut Tahun Baru di Tengah Ancaman Varian Omicron

Harianty • 03 Januari 2022 11:31
Jakarta: Tahun 2021 telah berakhir. Sekarang saatnya menjalani 2022 dengan harapan baru, bahwa tahun ini akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, kemunculan varian Covid-19 Omicron seakan-akan memupuskan harapan bahwa pandemi Covid-19 akan segera berakhir.
 
Memasuki tahun ketiga pandemi, berbagai kebijakan pembatasan serta melonjaknya kasus harian Covid-19, telah menjadi gejolak yang tampaknya akan sulit untuk segera teratasi dalam waktu dekat. Belum lagi, menjelang akhir tahun, kemunculan varian baru Omicron menambah kekhawatiran penduduk dunia.
 
Berdasarkan catatan Worldmeters pada awal November 2021 lalu, kasus Covid-19 di seluruh dunia tercatat sudah lebih dari 250 juta, namun lonjakan kasus dari varian Delta mereda. 

Perdagangan serta pariwisata di seluruh dunia juga mulai dibuka. Beberapa negara di Eropa timur mencatat rekor penularan kasus tertinggi. Selama tiga bulan terakhir, Selama tiga bulan terakhir, Reuters menganalisis jumlah rata-rata kasus harian turun 36 persen.
 
Meneri Luar Negeri Retno Marsudi pada 9 November lalu pernah mengungkapkan, terjadi tren penurunan kasus Covid-19 di tiga kawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam satu pekan terakhir, yaitu Afrika, Asia Tenggara, dan Mediterania Timur. Sebaliknya, tren kenaikan terjadi di kawasan Amerika, sementara Indonesia mengalami tren penurunan.
 
Namun, di saat masyarakat di dunia mulai optimistis bahwa pandemi Covid-19 perlahan menunjukkan tanda mereda, datanglah mimpi buruk baru: Omicron, yaitu varian dengan penularannya disebut lima kali lebih cepat dari varian Delta dan mampu menerobos imunitas.
 
Afrika Selatan melaporkan varian Omicron ke WHO pada 24 November lalu. Setelah itu, negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mulai membatasi perjalanan dari Afrika selatan.
 
Data menyebutkan, hingga Jumat 24 Desember 2021, Kasus varian Omicron telah terdeteksi di 83 negara di dunia. Tidak hanya itu, pada Kamis  30 Desember 2021, sebanyak 1.805 kasus Omicron telah menyebar di negara-negara ASEAN dengan jumlah kasus terbanyak berada di Singapura. Indonesia sendiri mencatatkan kasus varian Omicron sebanyak 68 kasus.
 
Munculnya varian baru ini ditengah hiruk-pikuk musim liburan akhir tahun membuat semua orang mempertimbangkan kembali segala rencana untuk merayakan pergantian tahun, bahkan membatalkannya.
 
Sekitar 11.000 penerbangan telah dibatalkan di seluruh dunia sejak Jumat, 28 Desember 2021, dan puluhan ribu lainnya tertunda, ketika kasus covid-19 melonjak ke level rekor di Eropa dan beberapa negara bagian Amerika Serikat.
 
Jam tengah malam berlalu di Paris tanpa pertunjukan kembang api atau set DJ yang direncanakan, karena pejabat kota membatalkan acara yang di Champs-Elysees, ungkap laman Katadata. 
 
Pemerintah Indonesia juga melaksanakan pengetatan dan pengawasan protokol kesehatan di tempat-tempat yang berpotensi menyebabkan kerumunan, serta dilakukan pembatasan kegiatan masyarakat dimulai pada 24 Desember 2021 - 2 Januari 2022. 
 
Di tengah segala kekhawatiran ini, tampaknya ada beberapa negara yang tetap bersemangat menyambut tahun yang baru. Katadata menyebutkan, ibukota Afrika Selatan, Cape Town, mencabut jam malam tepat pada waktunya untuk Tahun Baru, menjadikannya negara pertama yang menyatakan gelombang Omicron-nya telah mencapai puncak dan tanpa lonjakan kematian yang besar.
 
Tak hanya itu, kota Sydney, Australia juga memeriahkan tahun baru dengan kembang api spektakuler berkilauan di pelabuhan di atas Opera House. Di London, Big Ben berdentang pada tengah malam untuk pertama kalinya sejak 2017, setelah lebih dari tiga tahun direstorasi, tutur Katadata.
 
Segala kekhawatiran akan pandemi covid-19 atau varian baru, harusnya tidak boleh membuat kita patah semangat. Di antara berbagai hal negatif tentunya ada yang positif, membuat harapan akan pandemi segera mereda tidak pupus. 
 
Salah satunya, berdasarkan studi awal pemerintah Afrika Selatan, vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) dosis booster ternyata 85 persen efektif mencegah rawat inap dari varian Omicron. Ketika suntikan booster diberikan enam hingga sembilan bulan setelah dosis pertama, kemanjuran vaksin terhadap rawat inap meningkat dari waktu ke waktu. Dari 63 persen pada 0-13 hari menjadi 85 persen pada 1-2 bulan setelah pemberian. 
 
Profesor kedokteran di Universitas Oxford, Sir John Bell, mengatakan tingkat rawat inap di rumah sakit meningkat beberapa minggu terakhir karena Omicron. Tapi, penyakit akibat Omicron tidak terlalu parah. 
 
Pemerintah semua negara terus menggencarkan vaksinasi maupun booster sebagai jalan agar terhindar dari virus covid-19, disiplin protokol kesehatan juga tak henti-hentinya digaungkan. Bila semua dapat melaksanakan dengan baik, tahun ini pun juga bisa lebih baik.
 
Baca:  WHO Optimistis Dunia Mampu Kalahkan Covid-19 di Tahun 2022
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan