PM Israel Benjamin Netanyahu (Kiri) dan Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah (Kanan). (AFP)
PM Israel Benjamin Netanyahu (Kiri) dan Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah (Kanan). (AFP)

Israel Tidak Tertarik Gencatan Senjata dengan Lebanon

Riza Aslam Khaeron • 26 September 2024 15:08
Jakarta: Pada hari Rabu, 25 September, Amerika Serikat dan sekutunya sedang merancang proposal gencatan senjata 21 hari yang diharapkan dapat meredakan konflik antara Israel dan Lebanon, yang mengalami eskalasi dalam satu minggu terakhir.
 
Namun, pertanyaan yang muncul sekarang adalah, apakah Israel benar-benar menginginkan gencatan senjata?
 
Pada 7 September 2024, Menteri Luar Negeri Lebanon Abdullah Bouhabib mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa Israel telah mengirim pesan yang menyatakan mereka tidak tertarik pada gencatan senjata dengan Lebanon.

"Mereka (Israel) tidak tertarik pada gencatan senjata di Lebanon, bahkan setelah gencatan senjata di Gaza berhasil. Israel bertekad melanjutkan perang di Selatan," ujar Bouhabib kepada Al-Jazeera.
 
Pernyataan tersebut terjadi pada 7 September, saat eskalasi belum setinggi sekarang pada 26 September 2024, di mana kedua negara mendekati kemungkinan perang darat.
 
Saat ini, momentum perang menguntungkan Israel, dengan lebih dari 1.500 anggota Hizbullah dirawat karena luka-luka akibat ledakan pager minggu lalu, dan senior misil Hizbullah tewas pada Selasa, 24 September 2024.
 
Baca Juga:
IDF Buka Kemungkinan Israel Invasi Darat ke Lebanon

Sederhananya, sangat tidak masuk akal bagi Israel untuk menyetujui gencatan senjata ketika Hizbullah tidak memiliki kekuatan untuk memaksa Israel berdamai.
 
Sebagai contoh, Israel setuju melakukan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas karena Hamas masih menahan 101 sandera, berdasarkan data pemerintah Israel pada 1 September 2024.
 
Namun, Lebanon tidak memiliki leverage yang sama. Mereka mencoba menyerang Tel Aviv pada 25 September, tetapi serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan, kematian, atau luka-luka di pihak Israel.
 
Dalam perspektif Realisme Ofensif, saat ini adalah momen yang menguntungkan Israel untuk melanjutkan serangan terhadap Hizbullah dan melemahkan kekuatan militer mereka.
 

Netanyahu Hampir Tidak Menghadapi Tekanan untuk Gencatan Senjata

Berbeda dengan konflik dengan Hamas, di mana ribuan warga Israel turun ke jalan menuntut gencatan senjata, mayoritas publik Israel mendukung serangan terhadap Hizbullah di Lebanon.
 
Menurut survei Jewish People Policy Institute pada bulan Juni, setidaknya 62% responden mendukung serangan terhadap Hizbullah dengan "kekuatan penuh," dan 36% lainnya mendukung serangan langsung, sementara 26% memilih menunggu hingga operasi di Gaza selesai.
 
Pada hari Rabu, pejabat dari koalisi Netanyahu mendesak Perdana Menteri untuk tidak menyetujui proposal gencatan senjata 21 hari yang sedang dirancang oleh AS dan sekutunya.
 
"Musuh (Hizbullah) tidak boleh diberi kesempatan untuk pulih... selama 21 hari," ujar Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, di media sosial X.
 
Singkatnya, dari sisi domestik, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu hampir tidak menghadapi tekanan untuk menyetujui gencatan senjata.
 

Pengaruh AS Terbatas

Menteri Luar Negeri Lebanon Bouhabib menyebut bahwa Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang dapat mempengaruhi situasi di Timur Tengah, dalam pertemuan Majelis Umum PBB pada hari Rabu.
 
Namun, beberapa pejabat AS mulai meragukan kemampuan AS untuk mempengaruhi keputusan Israel, menyebutnya "terbatas" setelah ledakan pager minggu lalu, menurut laporan Axios.
 
Meski demikian, ada kemungkinan bahwa Netanyahu pada akhirnya akan menyetujui gencatan senjata dengan alasan tertentu. Pada hari Rabu, Netanyahu memberi "lampu hijau" untuk mencoba mencari kesepakatan, meskipun serangan terhadap Lebanon akan terus berlanjut.
 
"Negosiasi hanya akan berlangsung di tengah pertempuran, kita akan terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh," ujar Netanyahu kepada para menterinya, menurut penyiar radio Kan pada hari Rabu.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan