Negosiasi gencatan senjata enam pekan antara Israel dan Hamas, yang ditengahi Qatar, Amerika Serikat (AS) dan Mesir terus mandek.
Badan Intelijen Israel, Mossad pada Sabtu kemarin mengatakan, upaya kesepakatan gencatan senjata ini masih terus diupayakan.
Israel dan Hamas masih saling menyalahkan atas kebuntuan pembicaraan gencatan senjata menjelang Ramadan, yang akan dimulai sekitar 11 atau 12 Maret mendatang.
Sumber Hamas sempat mengatakan bahwa delegasi mereka "tidak mungkin" melakukan kunjungan lagi ke Kairo di akhir pekan untuk melakukan pembicaraan.
Mesir, AS dan Qatar telah memediasi negosiasi gencatan senjata sejak Januari. Kesepakatan terakhir menyebabkan penghentian pertempuran selama seminggu di bulan November, di mana Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera, dan Israel membebaskan tahanan Palestina dengan jumlah tiga kali lebih banyak, namun Israel tetap menangkap warga sipil Palestina di Tepi Barat.
Di saat perundingan gencatan senjata belum terlihat hilalnya, permasalahan lainnya mengintai di Gaza. Kelaparan mulai meluas karena tidak adanya bantuan bahan makanan bagi mereka.
Kelaparan mulai menyebabkan bencana baru. Anak-anak meninggal dunia akibat kekurangan gizi.
Warga Gaza sedang menunggu untuk mengumpulkan kantong-kantong tepung di luar kantor badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, di Rafah, yang sekarang menjadi rumah bagi hampir 1,5 juta warga Palestina.
“Tepung yang mereka berikan tidak cukup,” kata pengungsi, Muhammad Abu Odeh, seperti dikutip dari AFP pada Kamis, 7 Maret 2024.
“Mereka tidak memberi kami gula atau apa pun selain tepung,” lanjutnya.
Pengungsi Gaza lainnya, Belal al-Sharawi, mengatakan beberapa orang telah menjual paket tepung mereka untuk membeli sayur-sayuran.
Akhir Februari lalu, ratusan warga Gaza yang sedang mengantre bahan bantuan, ditembak militer Israel. Wajar jika mereka mengerubungi truk bantuan karena keterbatasan selama ini, namun oleh pihak Israel hal tersebut dianggap membahayakan mereka.
Serangan Israel terhadap warga Gaza itu mendapat kecaman dari komunitas internasional. Karenanya, beberapa negara seperti AS dan Prancis kemudian berinisiatif mengirimkan bantuan melalui jalur udara, namun tetap kurang efektif.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan negaranya akan membangun pelabuhan sementara di dekat pantai Gaza yang memungkinkan penyaluran bantuan. Namun perlu waktu untuk membuka pelabuhan itu.
PBB mengatakan, butuh setidaknya ribuan truk bantuan berisi bahan makanan dan obat-obatan untuk warga Gaza yang dikepung di tengah perang ini. Dan untuk mendistribusikannya, butuh gencatan senjata.
Hamas menyalahkan Israel atas kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata dan pembebasan 134 sandera yang diyakini masih ditahan di Gaza. Hamas mengatakan Israel menolak memberikan jaminan untuk mengakhiri perang, atau menarik pasukannya dari wilayah tersebut.
Mossad menuding Hamas berencana meningkatkan aksi kekerasan di Gaza selama bulan Ramadan. Para pejabat Israel mengatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas kalah.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu kemarin menjelang Ramadan, ketua Hamas Ismail Haniyeh bersumpah bahwa Palestina akan terus melawan Israel "sampai mereka mendapatkan kembali kebebasan dan kemerdekaan."
Lima bulan setelah serangan udara dan darat Israel di Gaza, otoritas kesehatan di wilayah tersebut mengatakan hampir 31.000 warga Palestina telah terbunuh, dengan mayoritas korban anak-anak dan perempuan.
Perang ini dipicu serangan kilat Hamas pada 7 Oktober ke wilayah Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat 253 lainnya disandera, menurut penghitungan Israel.
Baca juga: Ramadan Sebentar Lagi, Negosiator Terus Upayakan Gencatan Senjata Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News