Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Menimbang Risiko Penggunaan Senjata Nuklir Taktis di Ukraina

Willy Haryono • 17 Oktober 2022 10:38
Jakarta: Pembicaraan seputar senjata nuklir mulai sering terdengar di berbagai pemberitaan global dalam beberapa bulan terakhir, di saat pasukan Rusia mengalami kekalahan demi kekalahan sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Secara spesifik, hal yang banyak dibicarakan belakangan ini adalah seputar kemungkinan penggunaan nuklir taktis di Ukraina.
 
Setiap kekalahan Rusia di medan pertempuran Ukraina memicu perdebatan global mengenai apakah Presiden Vladimir Putin pada akhirnya akan menggunakan senjata nuklir taktis dalam menghindari kekalahan total. Sebelumnya, Putin menegaskan bahwa Rusia akan "menggunakan segala cara dan sumber daya dalam melindungi tanah air," termasuk wilayah pendudukan yang dianeksasi di Ukraina.
 
Lantas, apa sebenarnya "nuklir taktis" itu? Apakah sama dengan senjata nuklir yang pernah digunakan Amerika Serikat (AS) di era Perang Dunia II?

Senjata Taktis vs Strategis

Tidak ada definisi universal mengenai apa itu senjata taktis. Biasanya, senjata taktis dikategorikan berdasarkan ukuran, jarak, dan penggunaannya terhadap target militer tertentu. Ukuran senjata nuklir taktis secara umum lebih besar dari bom biasa, dan dapat menyebabkan bencana radioaktif serta efek berbahaya lainnya selain ledakannya itu sendiri.

Senjata taktis sering dibandingkan dengan "senjata strategis." Militer AS mendefinisikan senjata strategis sebagai senjata yang didesain untuk menyerang "kapasitas perang musuh," termasuk pabrik senjata, beragam infrastruktur, moda transportasi, sistem komunikasi, dan target lainnya.
 
Sementara senjata taktis didesain untuk menyelesaikan target militer yang lebih terbatas. Senjata taktis, termasuk hulu ledak nuklir taktis, dapat dipasang di rudal, bom yang dijatuhkan dari udara, atau bahkan artileri jarak pendek.
 
"Hulu ledak nuklir taktis diciptakan untuk memberikan lebih banyak keleluasaan di medan perang. Di pertengahan 1950-an, di saat bom termonuklir tengah dibuat dan diuji coba, para perencana militer memikirkan pembuatan senjata yang lebih kecil untuk dipakai dalam situasi taktis," ujar analis pertahanan Al Jazeera, Alex Gatopoulos.
 
Di era modern, hulu ledak nuklir taktis dapat diatur sedemikian rupa. Militer pemilik nuklir taktis dapat menentukan kekuatan ledakannya, mulai dari hanya 1 kiloton hingga 50 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima, Jepang, di era Perang Dunia II memiliki kekuatan 15 kiloton. Satu kiloton setara dengan kekuatan 1.000 ton bahan peledak TNT.
 
Meski beberapa petinggi dunia mungkin 'tergoda' untuk menggunakannya dalam konflik tertentu, sejauh ini tidak ada satu negara pun yang melanggar tabu penggunaan senjata nuklir sejak kehancuran kota Nagasaki di tahun 1945.
 
Pasokan senjata nuklir saat ini memang lebih rendah dari era Perang Dingin, tapi masih cukup banyak untuk menghancurkan sebagian besar kehidupan manusia dalam hitungan jam.

Apakah Senjata Nuklir Taktis Akan Digunakan?

Reputasi Rusia sebagai kekuatan besar sedang dipertaruhkan. Militernya telah mengalami banyak kekalahan di Ukraina. Pasukan Rusia telah terusir dari pinggiran ibu kota Kyiv di fase awal invasi, dan sejumlah kota yang pernah direbutnya kini kembali dikuasai pasukan Ukraina.
 
Tidak hanya itu, kapal induk Moskva milik Rusia juga telah ditenggelamkan; Pulau Ular direbut kembali oleh Ukraina; Jembatan Kerch penghubung Krimea dan Rusia rusak parah; dan kini pasukan Kyiv mulai mengalami banyak kemajuan di sekitar kota Kherson.
 
Para prajurit Ukraina terus mendesak pasukan Rusia dan tidak membiarkan mereka mendapatkan pasokan logistik.
 
Singkat kata, situasi saat ini tidak memihak kepada Rusia. Presiden Putin hanya memiliki sedikit pilihan.
 
Walau relatif rendah, untuk kali pertama dalam beberapa dekade terakhir, kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis dalam konflik bersenjata tidak nol sama sekali. Ada satu digit persentase kemungkinan senjata nuklir taktis dapat digunakan di masa mendatang, termasuk oleh Putin yang kian terdesak.
 
Baca:  Dubes Rusia Tegaskan Pernyataan Putin Soal Nuklir Dipelintir Barat
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan