medcom.id, London: Pihak berwenang Inggris menguak identitas pria yang melakukan aksi teror tidak jauh dari gedung parlemen di London.
Pria yang diidentifikasi sebagai Khalid Masood itu, dikenal sebagai sosok ramah yang berubah menjadi ekstremis. Masood yang berusia 52 tahun itu, ternyata pernah tersangkut dengan hukum.
Dikenal memiliki banyak nama alias, Kepolisian Metropolitan London menyebutkan Masood pernah didakwa. Tetapi dakwaan terhadapnya tidak terkait dengan terorisme.
Lahir pada 25 Desember 1964 di Kent, di tenggara Inggris, Masood berdomisili di West Midlands. Di wilayah ini, polisi melakukan beberapa kali penggerebekan sejak serangan 22 Maret itu dan melakukan pemeriksaan di Birmingham.
Kepolisian Inggris pun mengonfirmasi bahwa Masood adalah warga negara Inggris. Menurut The Times, dia dibesarkan oleh orangtua tunggal di Kota Rye.
"Selama dua dekade terakhir, Masood terlibat kejahatan seperti kekerasan, kepemilikan senjata api dan mengganggu ketertiban umum. Insiden-insiden itu terjadi antara 1983 hingga 2003," pernyataan pihak polisi, seperti dikutip AFP, Jumat 24 Maret 2017.
Sementara Perdana Menteri Theresa May menyebutkan bahwa Masood pernah diselidiki oleh dinas intelijen MI5, dalam kaitan dugaan ekstremisme.
"Tetapi Masood tidak pernah didakwa atas tindakan terorisme dan tidak pernah menjadi subyek penyelidikan apapun. Tidak ada penyelidikan intelijen apapun mengenai dugaan dirinya akan melakukan serangan teror," lanjut pihak kepolisian.
Berusia 52 tahun, pengamat menilai ini sangat tidak biasa. Karena pada umumnya ekstremis yang melakukan penyerangan umumnya berusia jauh lebih muda.
Meskipun polisi meyakini Masood bertindak sendiri, kelompok Islamic State (ISIS) mengklaim dia merupakan salah satu 'prajurit' yang bertindak menargetkan negara yang berperang melawan mereka di Irak dan Suriah.
Pria yang ramah
Dalam melakukan aksinya yang menewaskan lima orang dan melukai 40 lainnya, Masood menyewa mobil bekas dari perusahaan Solihull. Perusahaan itu berada di pinggiran kota Birmingham.
BBC menyebutkan, Masood mengaku kepada perusahaan penyewa mobil itu bahwa dirinya adalah seorang guru. Pihak Kementerian Pendidikan Inggris menyatakan bahwa Masood bukan guru yang memiliki kualifikasi, itu sebabnya dia tidak mengajar di sekolah negeri.
Media-media di Inggris menyebut Masood sebagai Muslim taat. Sumber dari Sky News menyebutkan bahwa Masood pihak yang sangat religius dan bertutur kata baik.
"Dia pria yang ramah. Saya biasa bertemu dengannya di rumah saat berkebun," tutur Iwona Romek, yang sempat menjadi tetangga Masood.
"Masood punya seorang istri, perempuan Asia dan anak kecil yang bersekolah," imbuh Romek.
Sementara beberapa media lain menyebutkannya Masood memiliki tiga anak. Romek pun menambahkan bahwa keluarga Masood pindah dari lingkungan di Birmingham pada Natal lalu tanpa mengucapkan selamat tinggal.
"Saya tidak membayangkan dia melakukan serangan itu. Sangat mengerikan mengetahui seseorang semacam itu tinggal berdekatan dengan saya," pungkas Romek.
Penyelidikan serangan
Usai serangan tersebut, pihak berwenang Inggris terus melakukan olah tkp. Mereka juga melakukan rangkaian penggerebekan di wilayah Birmingham.
Hingga saat ini operasi yang dilakukan pihak keamanan Inggris membuahkan hasil. Delapan orang ditangkap atas kaitan penyerangan itu.
Pejabat Wakil Komisaris dan Kepala Polisi Anti-Teror Mark Rowley mengungkapkan bahwa enam alamat digerebek di London, Birmingham, dan beberapa daerah lain di Inggris.
Polisi bersenjata menyerbu sebuah flat dua lantai di atas kompleks toko di Birmingham sekitar pukul 23:00 waktu setempat, pada Rabu 22 Maret malam, terkait dengan serangan tersebut.
Seorang tetangga, yang tinggal di dekat lokasi, mengatakan: "Orang dari London tinggal di sini. Mereka datang dan menangkap tiga orang."
Polisi Metropolitan awalnya menolak mengatakan apakah operasi di Hagley Road terkait dengan serangan Rabu di Westminster. Salah satu jendela flat ditutupi kardus, beberapa petugas tanpa seragam tampak mengambil beberapa perkasas dari dalam bangunan.
Saat menggambarkan peristiwa kepada wartawan di tempat kejadian, saksi pria itu dicegah oleh seorang perwira polisi, yang sedang berjaga lokasi kejadian. Polisi itu meminta keterangannya, lantas membawanya ke kantor polisi bersama petugas lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News