Karena menilai sudah tidak ada risiko kebakaran lagi, para petugas pemadam pun meninggalkan Notre Dame.
"Sudah tidak ada lagi risiko tembok roboh," kata Letnan Kolonel Gabriel Plus, juru bicara Dinas Pemadam Kebakaran Paris, dikutip dari laman tvnz.co.nz.
Ia menyebut pihaknya telah berhasil mendinginkan suhu tembok dan reruntuhan atap di dalam Notre Dame. Plus memastikan sudah tidak ada lagi "titik panas" di dalam katedral.
"Merupakan suatu keajaiban katedral ini masih bisa berdiri, dan semua relik di dalamnya juga selamat," tutur Plus.
Investigator meyakini terbakarnya Katedral Notre Dame adalah sebuah kecelakaan, bukan kesengajaan. Tim sedang menyelidiki berbagai faktor yang mungkin memicu munculnya api.
Patrick Chauvet dari pihak Katedral Notre Dame menduga "kesalahan teknis komputer" mungkin berkontribusi atas menyebarnya api secara cepat pada 15 April. Namun ia tidak mengelaborasi kesalahan seperti apa yang dimaksud.
"Hasil (penyelidikan) mungkin akan diketahui dalam dua hingga tiga bulan ke depan," tutur Chauvet.
Surat kabar Le Parisien melaporkan bahwa sebuah bug komputer mungkin menjadi salah satu penyebab. Tim investigator juga sedang menyelidiki kaitan antara api dengan sejumlah elevator yang digunakan pekerja dalam proyek konstruksi Notre Dame.
Kurang dari dua hari usai Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan penggalangan terkait Katedral Notre Dame, lebih dari USD400 juta atau setara Rp5,6 triliun telah dijanjikan sejumlah pihak untuk biaya restorasi.
Sejumlah pakar menilai restorasi Notre Dame, yang dibangun selama lebih kurang satu abad sejak dimulai pada 1160, akan menghabiskan waktu bertahun-tahun, atau bahkan dekade.
Baca: Sekitar Rp5 Triliun Dijanjikan untuk Restorasi Notre Dame
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News