Dua mantan Menlu AS, John Kerry (kiri) dan Hillary Clinton (tengah).. (Foto: AFP/MARK WILSON)
Dua mantan Menlu AS, John Kerry (kiri) dan Hillary Clinton (tengah).. (Foto: AFP/MARK WILSON)

Keputusan Trump atas Nuklir Iran "Kesalahan Besar"

Willy Haryono • 14 Oktober 2017 10:31
medcom.id, London: Dua mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengecam Presiden Donald Trump yang memutuskan tidak melanjutkan kesepakatan nuklir Iran. Trump menolak mengesahkan dan melanjutkan kesepakatan nuklir Iran, yang sebelumnya tercapai pada 2015 di masa kepemimpinan Barack Obama.
 
Hillary Clinton, mantan Menlu AS di periode pertama kepemimpinan Obama, menyebut langkah Trump atas kesepakatan nuklir Iran sebagai "kesalahan yang sangat besar."
 
Berbicara di London, Clinton berkata: "Tidak ada bukti bahwa Iran berbuat curang dalam kesepakatan program nuklir yang sudah disepakati Inggris dan kekuatan besar lainnya, termasuk AS."

"Entah itu karena alasan politik atau personal, Trump seperti membukakan pintu bagi (berlangsungnya) program nuklir Iran. Saya rasa itu sangat berbahaya," lanjut dia, seperti dikutip Sky News, Jumat 13 Oktober 2017.
 
Pernyataan Clinton terlontar usai Trump mendeskripsikan kesepakatan nuklir Iran sebagai "salah satu yang terburuk dan sepihak" dalam sejarah AS.
 
Kesepakatan tersebut membatasi program nuklir Iran, dan sebagai gantinya, serangkaian sanksi terhadap Teheran dicabut. 
 
Risiko Konflik Militer
 
Kecaman lain datang dari John Kerry, mantan Menlu yang memediasi kesepakatan nuklir Iran pada 2015. Dalam pernyataan di Twitter, Kerry menyebut langkah Trump diambil tanpa menggunakan "akal sehat dan pemikiran strategis."
 
Dia meminta Kongres dan sekutu lain untuk bertindak "demi melindungi kepentingan nasional kita."
 
Menurut Kerry, Trump telah menciptakan krisis internasional lewat langkah terbarunya ini. "Dia lebih mengedepankan ego dan ideologi, seorang presiden yang bermain-main dengan Kongres serta Iran dan menolak mengakui bahwa kesepakatan nuklir tersebut berjalan efektif," ungkap Kerry.
 
"Dengan menggoyang kesepakatan nuklir ini, Presiden (Trump) telah melemahkan posisi kita, mengisolasi kita dari para sekutu, memperkuat kubu garis keras di Iran, mempersulit menyelesaikan masalah Korea Utara dan berisiko mendekatkan AS ke konflik militer," sambungnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan