Tak lama setelah pemungutan suara berakhir, Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy menyatakan tidak ada referendum dan kebanyakan besar warga Catalonia dibodohi untuk mengikuti pemungutan suara ilegal.
"Referendum yang ingin melikuidasi konstitusi kita dan memisahkan sebagian dari negara kita tanpa memedulikan opini seluruh negeri tidak bisa terjadi," kata Rajoy, dikutip dari BBC, Senin 2 Oktober 2017.
"Kita menunjukkan bahwa negara demokratis kita punya cara untuk melindungi diri dari serangan serius seperti referendum ilegal ini," lanjut dia lagi.
Ketika polisi Spanyol secara paksa mengusir para pemilih dan memindahkan kotak suara dari Tempat Pemungutan Suara (TPS), ratusan warga Madrid berkumpul di Plaza Mayor Madrid sambil melambaikan bendera Spanyol dan menyanyikan "Viva Espana" untuk mendukung tindakan polisi tersebut.
"Kami harus membela Spanyol, negara yang hebat," kata Rosa Maria Gonzalez, seorang warga Madrid yang ikut dalam aksi ini.
Sementara itu, pemimpin partai kedua terbesar di Spanyol, PSOE Sosialis, Pedro Sanchez, mengatakan bahwa referendum Catalonia adalah hari yang menyedihkan dan berakhirnya demokrasi Spanyol.
Presiden Catalonia Carles Puigdemont-lah yang telah mempelopori dorongan politikus separatis agar terus maju menggelar pemungutan suara, meski ada penangguhan dari Mahkamah Konstitusi dan penentangan sengit oleh pemerintah pusat.
Orang tua, anak-anak, dan relawan aktivis menduduki beberapa dari 2.315 sekolah dan fasilitas lainnya yang dijadikan TPS demi menghindari penutupan oleh polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id