Pada tahun 1672, yang dikenal sebagai "Rampjaar" atau Tahun Bencana, terjadi kekacauan yang menyebabkan rakyat Belanda melakukan tindakan ekstrem terhadap pemimpin mereka, Johan de Witt.
Latar Belakang Kekacauan

Gambar: Johan De Witt. (Adriaen Hanneman)
Pada 1672, Belanda berada dalam keadaan yang sangat kacau. Negara ini terlibat dalam perang dengan Inggris, Prancis, dan dua kota Jerman, yaitu Cologne dan Münster. Tahun ini disebut sebagai Rampjaar karena menjadi akhir dari Zaman Keemasan Belanda.
Di tengah kondisi krisis ini, muncul slogan: "het volk was redeloos, de regering radeloos, en het land reddeloos," yang berarti "rakyat tidak rasional, pemerintah tidak berdaya, dan negara tidak dapat diselamatkan".
Johan de Witt, seorang pemimpin yang bukan dari keluarga kerajaan, menjadi sasaran kemarahan rakyat.
Ia adalah Grand Pensionary atau semacam perdana menteri dari Republik Belanda. Selama hampir 20 tahun, ia memimpin tanpa peran kerajaan, yang menimbulkan ketidakpuasan di antara banyak warga yang lebih menyukai William III dari House of Orange-Nassau.
Pembunuhan dan Kanibalisme
Pada puncak kemarahan rakyat terhadap pemerintah, Johan de Witt menjadi target serangan. Pada Juni 1672, ia ditikam oleh seorang pembunuh, dan tak lama setelah itu, ia mengundurkan diri dari jabatannya.Namun, pengunduran dirinya tidak cukup untuk meredakan kemarahan rakyat. Pada saat yang sama, saudaranya, Cornelis de Witt, ditangkap dengan tuduhan pengkhianatan dan disiksa untuk memaksanya mengaku, meskipun tidak ada bukti kuat.
Saat Johan pergi ke penjara untuk membantu saudaranya mempersiapkan pengasingannya, mereka berdua ditangkap oleh massa militan.
Mereka ditembak dan kemudian diserahkan kepada kerumunan orang yang marah. Tubuh mereka dilucuti, dimutilasi, dan menurut beberapa laporan, bagian hati mereka bahkan dimakan oleh massa.
Mengapa Ini Terjadi?
Kanibalisme ini bukan hanya tindakan gila dari massa yang marah, tetapi juga simbol dari ketidakpuasan mendalam terhadap pemerintahan saat itu.Johan de Witt dianggap gagal dalam melindungi Belanda dari invasi, dan banyak yang melihatnya sebagai penghalang bagi William III untuk memimpin negara.
William III sendiri, meskipun tidak terbukti terlibat langsung, tidak melakukan apapun untuk menghentikan kekacauan ini. Bahkan, beberapa sejarawan menduga bahwa William mungkin menghasut serangan tersebut demi mendapatkan kekuasaan.
Warisan Sejarah

Foto: Johan de Witt. (expatinfoholland.nl)
Hari ini, tempat di mana Cornelis de Witt disiksa, yaitu Gevangenpoort di Den Haag, telah menjadi museum. Patung Johan de Witt juga dapat ditemukan di dekat lokasi di mana ia dan saudaranya dibunuh, sebagai pengingat akan masa kelam dalam sejarah Belanda.
Kejadian ini mengajarkan kita tentang bahaya dari ketidakstabilan politik dan kekuatan massa yang tidak terkendali.
Peristiwa ini adalah salah satu dari sedikit contoh dalam sejarah ketika rakyat benar-benar "memakan" pemimpinnya, secara harfiah. Meskipun terlihat mengerikan, ini adalah refleksi dari ketegangan sosial dan politik yang ekstrem yang terjadi di Belanda pada waktu itu.
Baca Juga:
Kisah Otto Skorzeny, Agen Nazi, Mesir, dan Israel, Pria Paling Berbahaya di Eropa
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News