Macron telah mencari Perdana Menteri (PM) Prancis setelah jajak suara pada bulan Juli yang dimenangkan oleh koalisi partai sayap kiri New Popular Front (NFP) yang memenangkan 190 kursi, terbanyak di parlemen namun gagal mendapatkan suara mayoritas absolut untuk membentuk pemerintahan.
Koalisi NFP berisikan partai-partai sayap kiri berupa France Unbowed (LFI), partai-partai sosialis, partai-partai komunis, dan partai hijau.
Melansir DW, pengumuman Macron menuai banyak kecaman dari sayap kiri. Ketua partai Hijau mengatakan bahwa pengumuman Macron itu memalukan, pemimpin anggota parlemen LFI Mathilde Panot mengancam Macron dengan kemungkinan pemakzulan.
"Rakyat harus melengserkan Macron untuk menjaga demokrasi" ujar Tondelier, melansir DW.
Baca: Baca Juga: Kebuntuan Politik di Prancis, Opsi Koalisi Tengah Diusulkan |
Adapun ketua Partai Komunis menyerukan "mobilisasi besar-besaran rakyat" dan menolak putaran pembicaraan baru dengan Macron, melansir DW.
Sebelum ini, sudah ada tekanan dari pendukung NFP agar Macron memilih Perdana Menteri dari Sayap Kiri. Melansir Antara, sekitar 50 protes terjadi di Prancis berdasarkan lembaga penyiaran BFMTV pada 18 Juli, mendesak Macron memilih PM dari koalisi sayap kiri.
Di hari yang sama, NFP gagal memenangkan jajak suara yang membuat Yael Braun-Pivet yang berasal dari partai bentukan Macron Renaissance terpilih kembali sebagai Presiden Majelis Nasional Prancis. Hal tersebut dikarenakan kerja sama Sentris dan Sayap Kanan serta pertikaian antara partai-partai sayap kiri di dalam koalisi NFP.
Siapa yang Macron akan pilih belum terlihat dan kejadian pada hari senin menunjukkan krisis politik di Prancis tidak akan berakhir dalam waktu mendekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News