Perdana Menteri Gabriel Attal akan menjabat sebagai caretaker hingga pemerintahan baru terbentuk. Foto: AFP
Perdana Menteri Gabriel Attal akan menjabat sebagai caretaker hingga pemerintahan baru terbentuk. Foto: AFP

Kebuntuan Politik di Prancis, Opsi Koalisi Tengah Diusulkan

Medcom • 17 Juli 2024 20:12
Paris: Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Selasa, 16 Juli, menerima pengunduran diri Perdana Menteri Gabriel Attal. Attal akan tetap menjabat sebagai caretaker hingga pemerintahan baru terbentuk, menurut kantor kepresidenan.
 
Dilansir dari Channel News Asia, sejak pemilihan umum awal bulan ini yang tidak menghasilkan mayoritas jelas, politik Prancis mengalami kebuntuan. Partai-partai di Majelis Nasional berebut untuk membentuk koalisi pemerintahan sementara pengganti Attal belum ditentukan. Istana Elysee menyatakan bahwa pemerintah sementara akan menangani urusan sehari-hari hingga pemerintahan baru terbentuk.
 
Macron akan meminta Attal untuk tetap menjabat selama beberapa minggu, kemungkinan hingga setelah Olimpiade Paris yang dimulai pada 26 Juli, memberikan lebih banyak waktu bagi partai politik untuk membangun koalisi setelah pemilihan parlemen 7 Juli lalu.

Krisis Sayap Kiri

Aliansi New Popular Front (NFP), yang mencakup Sosialis, Komunis, Hijau, dan Prancis Kiri Unbowed (LFI), memenangkan kursi terbanyak dengan 193 kursi di majelis rendah yang beranggotakan 577 orang. Sekutu Macron berada di urutan kedua dengan 164 kursi, sementara National Rally (RN) yang berhaluan kanan-jauh berada di urutan ketiga dengan 143 kursi.

Namun, NFP mengalami konflik internal, terutama antara LFI dan Sosialis yang lebih moderat, sehingga gagal menghasilkan kandidat konsensus untuk perdana menteri. Sosialis menolak Huguette Bello, kandidat dari partai komunis yang didukung sayap kiri lainnya. Sebaliknya, LFI menolak Laurence Tubiana, ekonom dan pakar iklim yang didukung Sosialis, Komunis, dan Partai Hijau.


Koalisi Masa Depan

Attal terpilih sebagai pemimpin kontingen Majelis Nasional partainya dan menyatakan akan berkontribusi pada munculnya mayoritas yang berfokus pada proyek dan ide. Macron dan Attal masih berharap menemukan mayoritas kanan-tengah di parlemen yang dapat mengecualikan LFI dan RN dari koalisi baru.
 
Macron menekankan pentingnya membentuk koalisi mayoritas atau pakta legislatif yang luas untuk mempertahankan pencapaian ekonomi dan mendukung keadilan sosial. Setelah pengunduran diri mereka, Attal dan anggota kabinet lainnya akan dapat menduduki kursi mereka di parlemen dan berpartisipasi dalam pembentukan koalisi. Parlemen akan bersidang kembali pada hari Kamis untuk mengisi jabatan Ketua Majelis Nasional dan posisi-posisi penting lainnya.
 
Keretakan muncul antara Attal dan mantan mentornya, Macron, yang disalahkan oleh Attal atas kekalahan dalam pemilihan umum hanya enam bulan setelah diangkat sebagai kepala pemerintahan termuda di Prancis pada usia 34 tahun. Meskipun tidak ada ketegangan yang terlihat antara keduanya pada rapat kabinet hari Selasa, hubungan mereka tampak dingin.
 
Macron masih memiliki waktu hampir tiga tahun sebagai presiden sebelum pemilihan umum 2027, ketika pemimpin sayap kanan Marine Le Pen diperkirakan akan kembali mencalonkan diri.
 
(Shofiy Nabilah)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan