PM Inggris Theresa May saat diterima Presiden Donald Trump (Foto: AFP).
PM Inggris Theresa May saat diterima Presiden Donald Trump (Foto: AFP).

Rencana Kunjungan Kenegaraan Trump Menyulitkan Ratu Elizabeth II

Arpan Rahman • 31 Januari 2017 21:13
medcom.id, London: Keputusan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengundang Donald Trump untuk kunjungan kenegaraan telah menempatkan Ratu Elizabeth II dalam "posisi yang sangat sulit". 
 
Mantan Kepala Kantor Urusan Luar Negeri Lord Ricketts mengatakan dalam sebuah surat kepada The Times, bahwa tawaran itu terlalu "prematur".
 
Sebuah petisi agar kunjungan kenegaraan itu dibatalkan sudah terkumpul lebih dari 1,6 juta tanda tangan.
 
Pada Senin 30 Januari, sekitar satu juta orang di Inggris bergabung memprotes larangan perjalanan Trump dari tujuh negara mayoritas Muslim. Langkah-langkah imigrasi kontroversial menyita debat darurat di parlemen, Senin.
 
 
Lord Ricketts, sekretaris tetap di Kantor Urusan Luar Negeri 2006-2010, berkata, belum pernah terjadi sebelumnya Presiden AS diundang untuk melakukan kunjungan kenegaraan di tahun pertama mereka di Gedung Putih.
 
Dia mempertanyakan apakah Trump adalah "tamu khusus yang layak mendapat kehormatan yang luar biasa ini".
 
"Jauh lebih bijak menunggu untuk melihat seperti apa presiden itu akan menjadi berubah sebelum menyarankan Ratu supaya mengundang dia. Sekarang Ratu diletakkan dalam posisi yang sangat sulit," katanya, seperti dilansir BBC, Selasa (31/1/2017).
 
Belum ada jadwal diumumkan buat kunjungan kenegaraan. Peristiwa seperti itu sering mencakup tinggal di Istana Buckingham yang menjadi tempat tinggal Ratu.
 
Mantan Menteri Luar Negeri William Hague berkata, Ratu akan menempatkan kunjungan tersebut "sesuai langkahnya". Katanya, di masa lalu, Ratu sudah jadi tuan rumah "tiran" seperti mantan pemimpin Rumania, Nicolae Ceausescu, dan akan "mudah" mengatasi "miliarder kurang ajar dari New York".
 
Menulis di Daily Telegraph, Hague menambahkan: "Sebagian besar dari kita tidak menyambut hangat Donald Trump atau setuju dengan kebijakan 10 hari pertamanya.
 
"Kita masih bisa, bagaimanapun, percaya bahwa pemerintah kita harus menjadi orang yang kemungkinan besar ia dengarkan, dan bahwa Amerika dari semua persuasi ada di antara teman-teman terdekat kita.
 
"Itu berarti ketika kita minta presiden untuk berkunjung, kita tidak boleh membatalkan undangan," papar Hague.
 
Kantor Perdana Menteri menyatakan, pada Senin, PM May "sangat senang" menyampaikan undangan untuk Trump atas nama Ratu.
 
Perdana menteri telah berada di bawah tekanan buat membeberkan apakah jadi atau tidak dia menjelaskan soal pembatasan perjalanan AS ketika bertemu Presiden Trump di Washington, pekan lalu.
 
Larangan itu dikenakan pada warga asal Irak, Suriah, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman. Kritikus menyebutnya sebagai "larangan Muslim" meskipun pemerintahan Trump membantahnya.
 
Menteri Luar Negeri Boris Johnson mengatakan kepada anggota parlemen, Senin, ia tidak akan mengomentari "percakapan rahasia" antara kedua pemimpin.
 
PM May menghadapi kritik keras ketika menolak beberapa kali untuk mengutuk pembatasan itu ketika ditanyai saat berkunjung ke Turki.
 
Downing Street kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan dia "tidak setuju" dengan larangan perjalanan Trump. Tapi urusan imigrasi AS adalah masalah bagi Pemerintah AS sendiri.
 
Tetapi dalam demonstrasi di London, Senin, massa meneriakkan slogan-slogan, termasuk "Memalukanmu, May!".
 
Para pengunjuk rasa berkumpul di Whitehall, menyebabkan penutupan Parliament Square. Mereka membentangkan spanduk menuduh Trump Islamofobia dan May menghibur dirinya.
 
Demonstrasi juga berlangsung di Glasgow, Edinburgh, Cardiff, Manchester, Newcastle, Sheffield, Oxford, Cambridge, Brighton, Gloucester, Leeds, York, Liverpool, Leicester, dan beberapa kota lainnya.
 
Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan Trump tidak akan disambut di Inggris. "Pasalnya dia melanggar nilai-nilai bersama dengan larangan Muslim yang memalukan dan serangan terhadap pengungsi dan hak-hak perempuan," serunya.
 
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan