"Presiden (Vladimir) Putin berkali-kali menekankan bahwa Rusia tidak pernah dan tidak akan ikut campur dalam urusan internal, terutama proses elektoral negara lain," kata juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov saat dimintai keterangan awak media, seperti dikutip AFP, Rabu (27/7/2016).
"Moskow selalu berhati-hati dalam menghindari segala bentuk aksi dan ucapan yang dapat diinterpretasi sebagai pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap proses elektoral negara lain," sambung dia.
Sebelumnya Rusia juga sudah membantah tuduhan dari tim kampanye Hillary Clinton, capres dari Partai Demokrat, bahwa Negeri Beruang Merah telah meretas ribuan surat elektronik atau email Dewan Nasional Partai Demokrat (DNC).
"Jika Anda curiga terhadap negara kami, maka setidaknya berikan bukti tepat dan konkret," ujar Peskov.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Obama mengatakan "segalanya mungkin" saat ditanya apakah Rusia berada di balik peretasan email DNC.
Obama mengaku tidak dapat mengungkapkan motif di balik peretasan, namun menyebut selama ini Donald Trump, capres dari Partai Republik, selalu memuji-muji Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: AFP)
"Apa yang kita ketahui bersama adalah Rusia meretas sistem kita. Bukan hanya sistem pemerintah, tapi juga sistem privat," ucap Obama.
Desember tahun lalu, Putin memuji Trump sebagai "seorang pria hebat dan berbakat."
"Bukan tergantung kita untuk menilai (Trump), tapi tergantung pemilih AS, tapi dia adalah seorang pemimpin absolut dalam proses pemilu ini," ungkap Putin saat itu. Trump merespons pujian itu dengan menyebut Putin "seorang pemimpin kuat."
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin terkejut ketika mendengar bahwa Obama mengatakan bahasa Rusia punya andil untuk mencampuri pemilihan umum AS.
"Rusia sangat menghormati warga AS dan Pemerintah AS dalam pemilu yang sedang berlangsung ini," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News