Pernyataan mengejutkan ini dilontarkan Obama setelah bocornya sejumlah surat elektronik (email) Dewan Nasional Partai Demokrat (DNC) oleh terduga peretas asal Rusia.
"Semuanya mungkin," ujar Obama kepada NBC News dalam wawancara yang disiarkan pada Selasa (26/7/2016), saat ditanya apakah Rusia mencoba memengaruhi pemilu As yang akan digelar pada 8 November mendatang.
Obama mengatakan Biro Investigasi Federal (FBI) sedang menyelidiki kebocoran lebih dari 19 ribu email DNC yang terjadi pada Jumat 22 Juli. Bocoran memperlihatkan komite cenderung lebih memilih Hillary Clinton ketimbang Bernie Sanders untuk menjadi capres Demokrat.
"Saya tahu bahwa sejumlah pakar mengindikasikan bocoran ini dilakukan (peretas) Rusia," kata Obama.
Kebocoran email memaksa anggota kongres Debbie Wasserman Schultz asal Florida mengundurkan diri sebagai pemimpin DNC.
Clinton, yang telah resmi menjadi capres Demokrat dalam konvensi di Philadelphia, akan menghadapi Donald Trump dari Partai Republik.
.jpg)
Hillary Clinton (kiri) dan Donald Trump. (Foto: AFP)
"Apa motif dari kebocoran ini? Mengenai itu, saya tidak bisa bicara langsung. Yang saya tahu adalah Donald Trump berulang kali mengekspresikan kekagumannya kepada (Presiden Rusia) Vladimir Putin," tutur Obama.
Trump beberapa kali memuji Putin dengan menyebutnya sebagai "pemimpin kuat." Pebisnis asal New York itu mengatakan kepada media New York Times pekan lalu bahwa jika dirinya berkuasa di Gedung Putih, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mungkin tidak otomatis melindungi negara-negara Baltik yang dulunya adalah Uni Soviet.
"Saya rasa Trump mendapat dukungan yang cukup baik di Rusia," ujar Obama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
