House of Commons menolak perjanjian Inggris dengan suara 391-242. Perjanjian tetap ditolak meski PM May telah mendapatkan beberapa jaminan dari Uni Eropa mengenai sejumlah elemen krusial Brexit.
Penolakan berisiko memicu kekacauan ekonomi, karena Inggris harus melepaskan keanggotaan dari Uni Eropa -- mitra dagang terbesar sejak 46 tahun -- pada 29 Maret mendatang.
Berbicara di hadapan anggota parlemen, PM May bertekad akan terus berjuang meski "menentang" penolakan perjanjian untuk kali kedua ini.
"Perjanjian yang sudah dinegosiasikan ini adalah hasil terbaik. Ini satu-satunya kesepakatan yang ada," ujar PM May, beberapa saat usai pemungutan suara di House of Commons di London, seperti dilansir dari laman AFP.
PM May akan mengizinkan para anggota parlemen kembali menggelar pemungutan suara mengenai opsi "tidak ada perjanjian" pada Rabu 13 Maret. Jika itu ditolak juga, dan kemungkinan demikian, maka PM May akan memutuskan pada Kamis mendatang untuk meminta UE memperpanjang tenggat waktu Brexit.
Menurut PM May, parlemen Inggris saat ini dihadapkan pada "pilihan yang sangat sulit," apakah akan meminta perpanjangan deadline, membatalkan Brexit, menggelar referendum kedua atau keluar dari keanggotaan UE tanpa perjanjian.
Pemungutan suara terbaru di parlemen dilakukan dua tahun usai referendum Brexit pada 2016 berakhir dengan kemenangan kubu "Iya." Artinya, kala itu warga Inggris yang mengikuti referendum mendukung langkah keluar dari UE.
Michel Barnier, negosiator Brexit dari UE, mengatakan bahwa pihaknya sudah tidak bisa menawarkan apa-apa lagi. Kini UE dan Inggris harus bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya perpisahan yang relatif kacau.
"UE telah melakukan yang terbaik semaksimal mungkin untuk membantu mencapai Perjanjian Perpisahan," tulis Barnier di Twitter.
"Kebuntuan ini hanya bisa diselesaikan di #UK. Persiapan menghadapi (kemungkinan) 'tidak ada perjanjian' sekarang lebih penting bagi kami," lanjutnya.
Namun seorang juru bicara untuk Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyebut para negara anggota UE akan mempertimbangkan jika Inggris mengajukan permohonan menunda tenggat waktu Brexit.
Baca: Brexit Tidak Akan Mengurangi Daya Saing Inggris
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News