Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengaku difitnah atas kasus suap (Foto: AFP).
Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengaku difitnah atas kasus suap (Foto: AFP).

Dituduh Suap, Mantan Presiden Prancis Merasa Difitnah

Arpan Rahman • 22 Maret 2018 21:05
Paris: Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan tidak ada bukti untuk mendukung tuduhan bahwa ia secara ilegal menerima uang dari Libya untuk membiayai kampanye pemilihannya pada 2007.
 
(Baca: Terima Uang dari Libya, Eks Presiden Prancis Ditahan).
 
"Saya dituduh tanpa bukti fisik," tulis Sarkozy dalam opini yang dipublikasikan di koran Prancis Le Figaro, seperti dikutip CNN, Kamis 22 Maret 2018.
 
Sebuah sumber yang dekat dengan kasus tersebut mengatakan kepada CNN, Rabu 21 Maret, bahwa pria 63 tahun itu telah diperiksa dalam penyelidikan resmi untuk pembiayaan kampanye terlarang, suap pasif, dan penyembunyian penggelapan dana publik Libya.
 
Sarkozy juga telah ditempatkan di bawah pengawasan yudisial, langkah penyelidik di Prancis dapat dilakukan untuk membatasi gerakan seorang tersangka, menurut sumber itu. Tidak jelas batasan spesifik apa yang sudah diterapkan pada Sarkozy.
 
Mantan pemimpin Prancis itu dipanggil untuk ditanyai, Selasa, yang ia patuhi secara sukarela, menurut seorang pejabat di pengadilan.
 
Pejabat itu, yang tidak mau disebutkan namanya, berkata bahwa Sarkozy sedang diselidiki oleh pihak berwenang anti-korupsi.
 
Sarkozy, pemimpin Prancis dari 2007 hingga 2012, dihantam oleh tuduhan kesalahan keuangan.
 
Pada Juli 2012, tak lama sesudah dia digulingkan dari jabatan oleh tokoh Sosialis, Francois Hollande, polisi menggerebek rumah Sarkozy sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan bantuan ilegal dari ahli waris L'Oréal Liliane Bettencourt selama kampanye pemilihan tahun 2007.
 
Tuduhan itu akhirnya dibatalkan pada 2013, tetapi penyelidikan lain dibuka setahun berikutnya. Lalu, pada Februari 2017, seorang hakim memerintahkan Sarkozy untuk menghadapi persidangan.
 
Semua terjadi setelah kekalahan yang memalukan bagi mantan Presiden, saat upayanya untuk kembali ke politik garis depan mengincar kesempatan jabatan ketiga dalam pemilihan presiden partai Republik.
 
Pemenang kontes tersebut, Francois Fillon, kemudian dikalahkan oleh kandidat moderat Emmanuel Macron, yang pada akhirnya memenangkan kursi kepresidenan setelah bertarung melawan pemimpin Front Nasional, Marine Le Pen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan