Dalam sebuah komunike yang dirilis dalam pertemuan dua hari di Dinard, Prancis barat, Sabtu 6 April 2019, para menlu juga mengungkapkan kekhawatiran serius mengenai situasi di Laut China Selatan dan Timur.
Pertemuan G7 di Dinard berlangsung usai Konferensi Tingkat Tinggi kali kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam pada akhir Februari lalu. Tidak adanya kesepakatan usai KTT Hanoi meningkatkan ketidakpastian mengenai keamanan di Asia.
"Kami mendorong DPRK untuk menghindari segala bentuk provokasi. Kami juga menyarankan DPRK untuk melanjutkan diskusi dengan AS mengenai denuklirisasi," tulis di komunike tersebut, merujuk pada singkatan dari nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Washington telah mengatakan tetap membuka diri untuk berdialog lebih lanjut dengan Pyongyang. Namun Korut mengancam mundur dari dialog denuklirisasi dengan AS dan juga mempertimbangkan kembali mengenai moratorium uji coba nuklir dan misil balistik.
"Kami menyesalkan bahwa DPRK tidak mengambil langkah konkret dan bisa diverifikasi mengenai denuklirisasi. Kami mendorong DPRK untuk mematuhi dan memenuhi kewajiban internasionalnya," lanjut komunike tersebut, dilansir dari laman The Japan Times.
Untuk mendorong Korut agar mau mengakhiri program senjata nuklir dan misil balistik, G7 berkomitmen untuk terus menerapkan secara penuh sanksi ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa. G7 juga menyerukan kepada semua negara -- termasuk Tiongkok dan Rusia -- untuk bersama-sama mengimplementasikan sanksi terhadap Korut.
Berbicara kepada awak media usai pertemuan G7, Menlu Jepang Taro Kono mengatakan negaranya "mendukung penuh" pendekatan diplomatik AS terhadap Korut. Ia juga menyebut Tokyo "akan memberikan sebuah dorongan terhadap proses dialog AS dan korut menuju denuklirisasi menyeluruh" di Semenanjung Korea.
Kono juga mengaku mendapat dukungan dari berbagai negara -- Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan AS -- serta Uni Eropa untuk mendorong Korut agar bersedia menyelesaikan isu penculikan warga Jepang di era 1970 dan 1980-an.
Baca: Kim Jong-un Tiba di Korut, Klaim KTT Hanoi Sukses
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News