Kosovo, salah satu wilayah dengan mayoritas etnis Albania tetapi dianggap tanah suci bagi komunitas Serbia, menjadi pusat konflik ini.
Dalam konteks ketegangan tersebut, insiden Dorde Martinovic pada tahun 1985 yang melibatkan pria dengan botol di dalam anusnya menjadi percikan yang menyebabkan salah satu perang terburuk di Eropa abad-20. insiden seperti apa itu? Yuk simak penelusurannya.
Kronologi Kejadian
Pada 1 Mei 1985, Dorde Martinovic, seorang petani berusia 56 tahun asal Kosovo, tiba di rumah sakit lokal di Gnjilane dengan botol kaca pecah yang tertanam di anusnya.Martinovic mengklaim telah diserang oleh dua pria etnis Albania saat bekerja di ladangnya. Ia mengaku bahwa para pelaku menggunakan tongkat kayu untuk menancapkan botol hingga pecah di dalam tubuhnya.
Dokter di rumah sakit setempat segera merawat luka Martinovic dan memanggil penyidik dari Angkatan Darat Rakyat Yugoslavia. Dalam interogasi, Martinovic diklaim mengakui bahwa luka-lukanya adalah akibat dari percobaan masturbasi anal yang gagal.
Namun, klaim ini menuai skeptisisme. Tim medis dari Akademi Medis Militer di Beograd, yang terdiri dari dokter dari empat republik Yugoslavia, menyatakan bahwa cedera tersebut terlalu parah untuk dilakukan sendiri. Mereka menyimpulkan bahwa luka tersebut disebabkan oleh:
"Penyisipan keras, brutal, dan tiba-tiba dari botol kaca 500 ml, atau lebih tepatnya ujung lebar botol, ke dalam anus," ucap Tim Medis dari Akademi Medis Militer di Beograd, 1985.
"Hanya bisa dilakukan oleh setidaknya dua atau lebih individu," lanjut mereka
Namun, pendapat ini bertentangan dengan temuan Dr. Janez Mili?inski, seorang profesor Slovenia, yang memimpin komisi independen.
Ia menyimpulkan bahwa cedera tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tindakan Martinovi? sendiri, untuk "menghibur" diri sendiri.
Dampak Politik dan Etnis
Kasus Martinovic segera menjadi simbol ketegangan etnis yang sudah lama ada antara komunitas Serbia dan Albania di Kosovo.Media Serbia menyebut insiden ini sebagai contoh "penganiayaan" sistematis terhadap komunitas Serbia di Kosovo. Dobrica Cosic, seorang novelis dan tokoh nasionalis Serbia, menyebutnya sebagai "genosida terselubung terhadap rakyat Serbia."
"Lebih dari 200.000 warga Serbia telah dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam 10 hingga 20 tahun terakhir," ucap Cosic, melansir New York Times, 1986.
Narasi nasionalis ini memicu gelombang seni, puisi, dan protes. Sebuah lukisan oleh seniman Mica Popovic menggambarkan Martinovic sebagai martir yang disiksa oleh "penjajah."
Puisi dan retorika yang mengacu pada penganiayaan di era Utsmaniyah juga digunakan untuk menambah bobot emosional insiden ini. Salah satu puisi bahkan menyamakan penderitaan Martinovi? dengan impalemen, teknik penyiksaan yang digunakan oleh Kekaisaran Utsmaniyah:
"Dengan botol pecah, di atas tongkat,
Seperti seekor domba yang masih hidup,
Mereka menusuk Dorde Martinovic,
Seolah dari masa lalu Utsmaniyah."
Media seperti Politika menuduh bahwa pelaku adalah keluarga Albania yang ingin membeli tanah Martinovic namun ditolak.
Tuduhan ini memperkuat narasi bahwa eksodus komunitas Serbia dari Kosovo adalah akibat kampanye sistematis oleh etnis Albania untuk merebut properti mereka.
Konflik dan Perpecahan
.jpeg)
Gambar: Peta Yugoslavia pecah. (Britannica Online)
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Yugoslavia, di mana nasionalisme sedang bangkit di berbagai wilayah. Di Kosovo, insiden ini memperburuk hubungan antara etnis Albania yang mayoritas dan komunitas Serbia yang minoritas.
Sentimen anti-Albania di Serbia meningkat, dan banyak Serb memandang kasus ini sebagai bukti lebih lanjut dari ancaman terhadap eksistensi mereka di Kosovo.
Kerusuhan nasionalis Albania di Kosovo telah memanas sejak tahun 1981, menyebabkan kematian sembilan orang dan memperburuk ketegangan antar komunitas. Meskipun kekerasan menurun sesudahnya, insiden sporadis seperti kasus Martinovi? terus memicu ketegangan.
Pada 1989, pemerintah Serbia mencabut otonomi Kosovo, memicu protes besar-besaran dan menjadi salah satu penyebab utama keruntuhan Yugoslavia.
Konflik lebih luas yang terjadi selama pecahnya Yugoslavia dari 1991 hingga 2001 mencatat korban jiwa sekitar 130.000 hingga 140.000 orang.
Perang Bosnia sendiri, salah satu konflik utama, menewaskan sekitar 100.000 orang, termasuk 64.000 etnis Bosnia. Di Kosovo, konflik memicu perpindahan besar-besaran lebih dari 800.000 orang.
Kampanye etnis di Bosnia seperti pembantaian Srebrenica pada tahun 1995 meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Balkan. Konflik ini menciptakan salah satu krisis pengungsi terbesar dalam sejarah Eropa, dengan lebih dari 2 juta orang terlantar.
Baca Juga:
Atap Stasiun Kereta di Serbia Tiba-Tiba Roboh, 14 Orang Tewas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News