Hamon mengalahkan mantan Perdana Menteri Prancis Manuel Valls dengan 58,88 persen suara.

Hamon berpose bersama mantan PM Manuel Valls. (Foto: AFP)
"Negara kita membutuhkan sayap kiri, tapi sayap kiri yang modern dan inovatif menuju masa depan," tutur Hamon dalam pidato kemenangannya di Paris, seperti dikutip AFP.
Kemenangannya merupakan kejutan karena Hamon, mantan menteri pendidikan dan anak seorang pekerja pelabuhan, hanya dipandang sebagai orang luar tiga pekan lalu. Nominasi Hamon mengakhiri kandidat untuk pilpres pada April dan Mei mendatang.
Rival Hamon meliputi politikus sayap kanan Francois Fillon, Marine Le Pen dan Emmanuel Macron.
Fillon, yang mendapatkan nominasi capres Partai Republik pada November, diunggulkan dalam beberapa survei untuk menjadi pemimpin baru Prancis.
Namun kampanyenya diadang serangkaian tuduhan, mulai dari pembayaran sejumlah uang kepada istrinya untuk jabatan palsu hingga mengambil 25 ribu euro saat dirinya masih menjadi senator pada 2005-2007.
Sebuah survei dari Kantar Sofres-Onepoint pada Minggu 29 Januari menunjukkan Fillon mulai kehilangan dukungan, sementara Macron terus meningkat.
Survei tersebut memperlihatkan Le Pen memimpin di putaran pertama dengan 25 persen, diikuti Fillon 21 dan Macron 20.
Meski Fillon diyakini mampu mengalahkan Le Pen di putaran kedua, ia diperkirakan kalah jika berduel langsung dengan Macron.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News