medcom.id, Jakarta: Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin, atas nama Pemerintah Rusia, sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan yang saat ini sedang terjadi di Rakhine State, Myanmar.
"Kami menyarankan untuk adanya dialog untuk solusi perdamaian agar krisis kemanusiaan ini tidak terus menerus berlanjut," kata Dubes Galuzin kepada awak media, di Jakarta, Rabu 27 September 2017.
Ia mengatakan juga sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan yang menimpa Rohingya dan warga Rakhine lainnya.
"Kami juga menyarankan agar akses kemanusiaan ke Rakhine terus dibuka dan Pemerintah Myanmar terus bekerja sama dengan Palang Merah Internasional agar bisa menolong para korban," lanjutnya.
Kelompok ARSA dituding sebagai penyebab kekerasan kembali terjadi di Rakhine sebelah utara. Pada 25 Agustus lalu, kelompok ini dituduh sebagai pelaku penyerangan di pos polisi yang menewaskan hampir 100 orang.
Akibat insiden tersebut, kekerasan kembali terjadi di wilayah tempat tinggal para etnis Rakhine. Diduga kelompok ini berafiliasi pada Taliban di Afghanistan.
Pemerintah Myanmar menuturkan bahwa lebih dari 400 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi antara ARSA dengan militer di Rakhine. Myanmar menolak menyebut operasi militer di Rakhine sebagai 'pembersihan etnis,' seperti yang dituduh sejumlah pihak. Myanmar menegaskan operasi di Rakhine semata untuk memburu ARSA.
Myanmar menuding ARSA sebagai dalang di balik eksodus 430 ribu warga Rakhine ke Bangladesh.
Sampai saat ini, para pengungsi yang sebagian besar adalah warga Rakhine mengungsi ke perbatasan Bangladesh yakni Cox’s Bazar. Tak hanya Muslim Rohingya, melainkan ada warga Hindu dan Buddha pula yang terkena dampak krisis ini.
Bantuan RI tiba di Rakhine
Pemerintah Indonesia sudah mendistribusikan bantuan dari masyarakat Indonesia ke Rakhine, Myanmar. Bantuan itu sudah tiba di ibu kota Rakhine, Sittwe pada Selasa 26 September 2017.
Bantuan kemanusiaan Indonesia tiba di Yangon, Myanmar pada Kamis lalu. Bantuan kemanusiaan ini diantar menggunakan dua pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.
(Baca: Bantuan Kemanusiaan Indonesia Sudah Tiba di Rakhine).
Sempat transit di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda Aceh, bantuan berisi makanan instan, selimut, tangki air, kebutuhan untuk ibu hamil dan anak balita, serta lain sebagainya.
Bantuan kemanusiaan Indonesia merupakan bantuan internasional yang pertama kali masuk di wilayah Rakhine usai kekerasan pecah pada 25 Agustus lalu. Bantuan tersebut bisa masuk ke Rakhine lantaran pendekatan inklusif yang dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan pemerintah Myanmar.
Dalam pertemuannya awal bulan ini dengan State Counsellor Aung San Suu Kyi, Menlu Retno menyatakan keprihatinan masyarakat Indonesia atas kekerasan yang menimpa warga Rakhine. Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan saran dari Indonesia dalam bentuk formula 4+1.
Formula tersebut berisi, penghentian kekerasan di Rakhine, menahan diri sepenuhnya untuk melakukan kekerasan, melindungi segenap warga Rakhine tanpa pengecualian, dan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Rakhine.
Bantuan RI tiba di Rakhine
Pemerintah Indonesia sudah mendistribusikan bantuan dari masyarakat Indonesia ke Rakhine, Myanmar. Bantuan itu sudah tiba di ibu kota Rakhine, Sittwe pada Selasa 26 September 2017.
Bantuan kemanusiaan Indonesia tiba di Yangon, Myanmar pada Kamis lalu. Bantuan kemanusiaan ini diantar menggunakan dua pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.
(Baca: Bantuan Kemanusiaan Indonesia Sudah Tiba di Rakhine).
Sempat transit di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda Aceh, bantuan berisi makanan instan, selimut, tangki air, kebutuhan untuk ibu hamil dan anak balita, serta lain sebagainya.
Bantuan kemanusiaan Indonesia merupakan bantuan internasional yang pertama kali masuk di wilayah Rakhine usai kekerasan pecah pada 25 Agustus lalu. Bantuan tersebut bisa masuk ke Rakhine lantaran pendekatan inklusif yang dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan pemerintah Myanmar.
Dalam pertemuannya awal bulan ini dengan State Counsellor Aung San Suu Kyi, Menlu Retno menyatakan keprihatinan masyarakat Indonesia atas kekerasan yang menimpa warga Rakhine. Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan saran dari Indonesia dalam bentuk formula 4+1.
Formula tersebut berisi, penghentian kekerasan di Rakhine, menahan diri sepenuhnya untuk melakukan kekerasan, melindungi segenap warga Rakhine tanpa pengecualian, dan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Rakhine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News