Data terbaru disampaikan Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Michelle Bachelet, Jumat 26 Juli.
"Objek-objek yang terkena serangan ini adalah fasilitas publik. Melihat pola serangan semacam ini, rasa-rasanya sulit dipercaya jika semua itu terjadi karena tidak disengaja," kata Bachelet, dilansir dari laman Dawn, Sabtu 27 Juli 2019.
Pemerintah Suriah dan sekutunya seperti Rusia telah melancarkan serangan ke wilayah pemberontak di barat laut negara sejak akhir April. Damaskus mengklaim serangan itu dilakukan dalam merespons pelanggaran gencatan senjata oleh pemberontak.
Idlib dan area di sekitarnya masuk dalam zona "de-eskalasi" dalam kesepakatan yang dimediasi Rusia dan Turki. Namun dalam tiga bulan terakhir, gempuran demi gempuran terjadi di wilayah tersebut.
Rentetan serangan udara di Idlib dan sekitarnya telah membuat ratusan ribu orang melarikan diri dari rumah atau tempat perlindungan mereka ke area dekat perbatasan Turki. Serangan sejak akhir April juga disebut-sebut telah menewaskan ratusan warga sipil.
Baca: 22 Warga Sipil Tewas dalam Serangan Udara di Suriah
Baik Suriah maupun Rusia sama-sama membantah secara sengaja menyerang warga sipil atau infrastruktur publik.
Menurut keterangan grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lonjakan aksi kekerasan di Idlib dan sekitarnya telah menewaskan lebih dari 740 warga sipil.
Sejumlah grup sipil menyebut episode terbaru dalam konflik berdarah ini sebagai sebuah "mimpi buruk."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News