Pernyataan gabungan Inggris, Prancis dan Jerman pada Minggu 14 Juli mengekspresikan kekhawatiran mengenai JCPOA. Ketiganya khawatir perjanjian itu akan semakin ditelantarkan, baik oleh AS maupun Iran.
"Kami yakin sudah waktunya (bagi kubu berseteru) untuk bertindak secara bertanggung jawab serta mencari solusi dalam menghentikan ketegangan. Kami juga mendorong segera dilanjutkannya dialog," ungkap pernyataan gabungan tiga negara yang dirilis Istana Elysee di Paris, dikutip dari laman AFP, Senin 15 Juli 2019.
Kekhawatiran tiga negara dirilis usai Presiden Prancis Emmanuel Macron menjamu Kanselir Jerman Angela Merkel dan menteri kabinet senior Inggris David Lidington dalam peringatan Hari Bastille di Paris.
Baca: 'Rompi Kuning' Berulah usai Parade Hari Bastille
"Penting bagi semua pihak untuk menahan diri dan mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi atas tindakan mereka," lanjut pernyataan gabungan tersebut. Ketiga negara menegaskan nasib JCPOA saat ini sebenarnya tergantung dari komitmen Iran.
Inggris, Prancis dan Jerman adalah bagian dari negara penandatangan JCPOA. AS di bawah Presiden Donald Trump memutuskan menarik diri dari perjanjian tersebut pada 2018 dan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Kesal atas tindakan AS tersebut, Iran telah mengumumkan akan melanggar batas persediaan dan pengayaan uranium yang diatur dalam JCPOA.
"Mulai 8 Mei ke depan, kami telah mengubah strategi. Apapun tindakan yang dilakukan kubu sebelah (AS), maka kami akan membalasnya," tegas Presiden Iran Hassan Rouhani saat berkunjung ke provinsi North-Khorasan pada Minggu 14 Juli.
"Jika mereka mengurangi, maka kami juga akan mengurangi. Jika mereka mengimplementasikan penuh komitmen mereka, maka kami juga akan mengimplementasikan penuh komitmen kami," sambung dia, merujuk pada komitmen AS dan Iran terhadap JCPOA.
Meski melontarkan pernyataan bernada mengancam, Rouhani mengaku tetap membuka diri terhadap dialog dengan AS. Ia menegaskan Iran siap berdialog sesegera mungkin jika AS berhenti menjatuhkan sanksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News