Boneka menyerupai wajah Donald Trump dan Vladimir Putin dijual di toko cinderamata. (Foto: Tass)
Boneka menyerupai wajah Donald Trump dan Vladimir Putin dijual di toko cinderamata. (Foto: Tass)

Beragam Reaksi Masyarakat Rusia atas Kemenangan Trump

Arpan Rahman • 13 November 2016 15:55
medcom.id, Moskow: Amerika Serikat (AS) memiliki presiden baru. Kandidat flamboyan dari Partai Republik Donald Trump, mengejutkan banyak pihak dengan mengalahkan kandidat Demokrat, Hillary Clinton. Tidak hanya kalangan pakar, pasar modal dunia juga terkejut oleh hasil pilpres. Bahkan, situs imigrasi Kanada anjlok menyusul lonjakan permintaan dari warga AS yang menolak Trump.
 
Sesaat sebelum pemilu, elite Republik menuntut dicabutnya kandidasi Trump. Sebuah kelompok terdiri 50 mantan pejabat keamanan mengatakan kalau Trump menang, maka dia akan menjadi "presiden paling sembrono dalam sejarah Amerika."
 
Namun demikian, itulah "anti-kemapanan" Trump -- yang tidak memiliki latar belakang politik -- menyisihkan saingannya untuk berjaya, memperoleh lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan demi meraih kemenangan.

Salah satu perbedaan terbesar dalam retorika Trump dan Clinton adalah pendekatan mereka ke Rusia. Moskow percaya Trump sebagai calon terbaik dalam hubungan AS-Rusia menyusul pernyataan kandidat Republik itu sebelumnya bahwa ia bersedia bekerja sama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin demi meningkatkan hubungan bilateral.
 
Sehari penuh pada 8 November, putaran final 'opera sabun' terbesar AS itu juga menjadi acara utama di Rusia, siaran dari tempat pemungutan suara (TPS) ditayangkan langsung di TV-TV nasional, disertai diskusi dan wawancara dengan komentator berbagai kalangan, dari anggota kongres sampai diplomat. Putin menjadi satu di antara pemimpin dunia yang pertama mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya.
 
Beragam Reaksi Masyarakat Rusia atas Kemenangan Trump
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: AFP)
 
Perasaan campur-aduk muncul di media sosial pada Rabu 9 November pagi. Banyak yang tidak yakin apakah harus senang atau ngeri. Seseorang yang hari itu menang telah berjanji akan memenjarakan Clinton dan memisahkan AS dengan Meksiko dengan tembok senilai USD8 miliar. Ia tampak seperti "sosok lucu" bagi masyarakat Rusia, tetapi realitas kemenangannya mengejutkan.
 
"Mengapa semua orang begitu sedih? Kenapa tidak ada yang bersorak? Trump adalah presiden AS! Ini sangat menyenangkan dan segalanya sekarang akan sangat menarik!" wartawan Ilya Azar menulis di Twitter.
 
Dilansir Russia Direct, Sabtu (12/11/2016), kaum liberal Rusia agak bingung. "Saya tidak mengerti mengapa Kremlin menjagokan Trump. Mereka belum membaca programnya. Orang ini akan menurunkan harga minyak melalui liberalisasi produksi dan ekspor di AS," komentar tokoh oposisi, Alexei Navalny.
 
"Saya memahami warga Amerika yang bersamaan dengan pemungutan suara memilih Trump, juga memberikan suara untuk legalisasi narkoba. Sekarang mereka hanya perlu menembak dan mabuk-mabukan," tulis koresponden radio Echo of Moscow, Vladimir Varfolomeyev, seraya mengatakan bahwa selain pemilihan presiden, beberapa negara bagian telah mengusulkan untuk memilih legalisasi ganja pada hari yang sama. Kemudian menambahkan, bahwa ia tidak tahu siapa sekarang yang akan disalahkan Rusia untuk pintu yang bobrok, jalan rusak, dan rendahnya pensiun. "Tentu bukan Trump!" katanya.
 
Beragam Reaksi Masyarakat Rusia atas Kemenangan Trump
Presiden terpilih Donald Trump. (Foto: AFP)
 
Fakta bahwa Trump adalah pilihan yang lebih disukai Kremlin untuk duduk di Ruang Oval dan bukan Clinton dengan retorika anti-Rusia-nya yang menghasilkan banyak lelucon dan menghidupkan kembali teori konspirasi populer bahwa Trump adalah agen Putin. 
 
"Saya tidak tahu bagaimana tepatnya Trump direkrut (mungkin selama kunjungannya ke Moskow pada 2013 untuk mengadakan kontes kecantikan). Tapi saya pasti tahu bahwa ia direkrut," tulis pengguna Facebook, Natalya Basaliga.
 
"Putin campur-tangan dalam pemilu kita dan berhasil. Kerja bagus," tweet pertama mantan Duta Besar AS untuk Rusia, Michael McFaul, kemudian tweet itu dia hapus.
 
Sebuah parodi dengan akun Twitter, @DonaldTrumpRF, cepat bereaksi dengan kemenangan sang miliarder, memposting beberapa lelucon seperti: "Banyak di Rusia yang berpikir bahwa saya akan bertanggung jawab untuk membangun mereka jalan, untuk menghentikan orang-orang kencing di pintu, dan untuk menghilangkan epidemi HIV. Saya tidak mau!" Sementara itu, akun Twitter palsu Kementerian Luar Negeri Rusia mulai bertanya, "Kapan tiket ke Planet Mars akan dijual?"
 
Baca: Kremlin: Kebijakan Luar Negeri Putin dan Trump Banyak Kesamaan
 
"Mereka mengatakan kepada kami tentang pemilihan Amerika secara lebih rinci daripada yang mereka lakukan dengan pemilu parlemen baru-baru ini di Rusia," kata pengamat Kommersant FM, Stanislav Kucher.
 
Cara media massa Rusia melaporkan pemilu-pemilu Amerika untuk beberapa hal tampak lebih terungkap dari semua diskusi tentang apa arti pemilihan itu bagi Rusia, tulis Kucher. Dikatakannya, sekarang pada 2016, Amerika benar-benar telah menjajah media massa Rusia.
 
Kabar kemenangan Trump disambut sorak-sorai membahana di Duma, parlemen Rusia. Pemimpin Partai Liberal-Demokrat Rusia, Vladimir Zhirinovsky, berjanji mengadakan jamuan makan bagi presiden baru Amerika. Sementara senator asal Krimea, Olga Kovitidi, berharap Trump mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan