Kekerasan tersebut dilakukan pendukung mantan presiden Donald Trump. Mereka tidak terima Joe Biden menjadi presiden.
Biro Investigasi Federal (FBI) masih berusaha mencari tahu pelaku penanam dua bom pipa di kantor partai politik dekat Kongres pada 6 Januari 2021 malam.
Pihak berwenang meningkatkan hadiah mereka untuk informasi mengenai dalang bom pipa menjadi USD500 ribu (setara Rp7,8 miliar) dari sebelumnya USD100 ribu. Pihak berwenang mengatakan, bom itu dapat membunuh seseorang jika meledak.
"Pekerjaan kami masih jauh dari selesai," kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan dua hari sebelum peringatan, dilansir dari AFP, Kamis, 5 Januari 2023.
Baca juga: Komite 6 Januari: Trump Tak Boleh Berkuasa Lagi di Pemerintahan
"Kami tetap berkomitmen untuk memastikan pertanggungjawaban bagi mereka yang bertanggung jawab secara pidana atas serangan 6 Januari terhadap demokrasi kami," ungkapnya.
Ratusan pendukung Trump menyerbu ke Capitol pada 6 Januari 2021, didorong oleh retorika berapi-api hari itu juga dari Trump sendiri yang mendesak mereka untuk menghentikan sesi Kongres yang akan meratifikasi Joe Biden sebagai presiden berikutnya.
Banyak yang menyerang polisi yang melindungi gedung, dan beberapa menyebabkan kerusakan di dalam gedung dan mencuri barang-barang, termasuk komputer laptop dari juru bicara DPR saat itu Nancy Pelosi.
Sejak saat itu ratusan orang telah diadili dalam salah satu investigasi terbesar dan terluas yang pernah dilakukan FBI.
Kementerian Kehakiman mengatakan dari 950 orang yang didakwa, 484 telah mengaku bersalah, melakukan kejahatan seperti menghalangi Kongres, menyerang polisi, atau pelanggaran ringan seperti memasuki gedung secara ilegal.
Dari jumlah tersebut, 351 telah dijatuhi hukuman, dengan hampir 200 orang dijatuhi hukuman penjara hingga 10 tahun.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News