Polisi antihuru-hara bersiaga di dekat sejumlah objek yang dibakar demonstran dalam aksi protes mengecam kematian remaja Nahel M di Prancis. (AFP)
Polisi antihuru-hara bersiaga di dekat sejumlah objek yang dibakar demonstran dalam aksi protes mengecam kematian remaja Nahel M di Prancis. (AFP)

Remaja Nahel Dimakamkan, Prancis Bersiap Hadapi Kerusuhan di Malam Kelima

Willy Haryono • 02 Juli 2023 08:35
Paris: Pihak berwenang Prancis pada hari Sabtu, 1 Juli 2023, bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya kerusuhan lanjutan di malam kelima dengan mengirim bala bantuan ke sejumlah kota. Pengerahan pasukan ini dilakukan di saat remaja berusia 17 tahun bernama Nahel M, yang tewas di tangan seorang polisi Prancis pada Selasa lalu, dimakamkan.
 
Kepolisian Prancis telah menangkap 1.311 orang sejak Jumat malam hingga Sabtu, angka tertinggi sejak aksi protes bernuansa kekerasan dimulai atas penembakan polisi terhadap Nahel di Nanterre, wilayah pinggiran Paris.
 
Banyak toko dijarah dan balai kota diserang di berbagai lokasi di seantero Prancis. Banyak dari para demonstran dan perusuh ini terdiri dari remaja yang berkoordinasi di media sosial dan mempersenjatai diri mereka dengan kembang api.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan kepada awak media bahwa 45.000 personel pasukan keamanan akan dikerahkan pada Sabtu malam hingga Minggu - jumlah yang sama seperti malam sebelumnya. Pasukan tambahan ini dikirim ke Lyon, Grenoble dan Marseille yang mengalami kerusuhan terburuk di malam keempat.
 
"Jumlah pasukan akan diperkuat secara signifikan di kota-kota ini untuk memulihkan sepenuhnya ketertiban republik," kata Darmanin, seperti dikutip dari laman India Today, Minggu, 2 Juli 2023.
 
Protes atas kematian remaja Nahel M, yang berasal dari Aljazair, sekali lagi mengungkap ketegangan rasial yang parah di Prancis modern dan meningkatkan pengawasan terhadap polisi yang telah lama dituduh menargetkan kelompok minoritas.
 
Krisis tersebut merupakan perkembangan yang sangat tidak disukai Presiden Emmanuel Macron, yang berharap dapat melanjutkan mandat keduanya setelah menghadapi protes yang meletus pada Januari lalu terkait penaikan usia pensiun.
 
Sebagai tanda keseriusan krisis terbaru, Macron menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang dijadwalkan berlangsung mulai hari Minggu ini.
 
Kantor kepresidenan Jerman mengumumkan bahwa Macron telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Frank-Walter Steinmeier, dan dirinya "memberi tahu mengenai situasi di negaranya" saat ini.
 
Baca juga:  Prancis Masih Rusuh, Emmanuel Macron Tunda Kunjungan ke Jerman
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan