"Kami mengetahui niat rezim Kyiv dan para mentor Baratnya untuk 'merehabilitasi diri' mereka atas kegagalan 'KTT perdamaian' di Burgenstock, Swiss pada pertengahan Juni tahun ini dan mencoba mengadakan acara serupa," katanya kepada Sputnik, Kamis, 11 Juli 2024.
Mantan Duta Besar Rusia untuk Indonesia itu juga menambahkan, Ukraina dan sekutunya kini bahkan berpikir untuk mengundang Rusia.
"Lokasi spesifik belum ditentukan. Namun, geografi bukanlah hal yang mendasar. Yang lebih penting adalah kontennya, yang mana semuanya sangat jelas," kata Galuzin.
Dia mengatakan, Rusia mendengar retorika yang sudah pernah didengar sebelumnya dengan harapan mendorong ultimatum 'formula Zelensky', dan juga melihat pengabaian yang disengaja terhadap inisiatif lain untuk menyelesaikan krisis Ukraina.
"Kami tidak menerima ultimatum semacam itu dan tidak akan berpartisipasi dalam 'KTT' semacam itu," kata Galuzin.
Sebelumnya, sebagaimana pernah disampaikan Anadolu, KTT perdamaian di Ukraina, berlangsung pada 15-16 Juni 2024 di Burgenstock, Swiss, dengan menghasilkan sebuah deklarasi.
KTT perdamaian itu digelar dengan tujuan untuk menemukan "pemahaman bersama" mengenai jalan menuju perdamaian, namun Rusia dan Tiongkok tidak hadir.
Lebih dari 90 negara menghadiri perundingan tersebut, namun komunike bersama tersebut hanya didukung oleh 80 negara dan empat organisasi.
Sebanyak 16 negara dan organisasi, termasuk Indonesia, Libya, Arab Saudi, Thailand, India, Meksiko, Afrika Selatan, Brasil, dan Uni Emirat Arab abstain. Indonesia diwakili oleh Duta Besar RI di Swiss, namun tidak menandatangani komunike tersebut.
Baca juga: NATO Janjikan Ukraina Pertahanan Udara Baru untuk 'Hentikan Putin'
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News