"Kebahagiaan saya atas kemajuan ini diwarnai dengan kekecewaan," kata PM Johnson, yang pemerintahannya menjadi tuan rumah COP26 di Glasgow selama lebih kurang dua pekan.
"Bagi mereka yang terkena dampak perubahan iklim, mereka yang hanya bisa melihat pulau mereka tenggelam, lahan pertanian menjadi pasir, rumah diterjang badai -- mereka mengharapkan adanya ambisi tingkat tinggi dalam KTT ini," lanjutnya, dikutip dari politico, Minggu, 14 November 2021.
Ia menambahkan: "saat banyak dari kita bersedia untuk bergerak ke arah sana, sayangnya tidak semua orang berpikiran sama. Sangat disayangkan, memang seperti itulah diplomasi."
Baca: Sekjen PBB Antonio Guterres Tegaskan Hasil COP26 'Tidak Cukup'
Pernyataan PM Johnson mewakili kekecewaan sejumlah pihak mengenai penurunan kualitas dokumen final Perjanjian Iklim Glasgow yang diadopsi pada Sabtu malam. Salah satu yang menjadi sorotan adalah perubahan frasa "phasing out" (menghapus) menjadi "phasing down" (mengurangi) terkait penggunaan batu bara.
Perubahan frasa itu diserukan Tiongkok dan India di menit-menit akhir pengadopsian Perjanjian Iklim Glasgow.
Alok Sharma, Presiden COP26, terlihat hampir menangis saat mengumumkan Perjanjian Iklim Glasgow yang sudah direvisi. Dalam sebuah konferensi pers bersama PM Johnson, Sharma mengaku kecewa namun lega terkait pengadopsian sebuah perjanjian iklim.
Saat ditanya mengenai perubahan di menit-menit akhir, Sharma mengatakan bahwa masuknya pembahasan batu bara dalam Perjanjian Iklim Glasgow dapat diartikan bahwa negara-negara dunia dapat mendorong berlangsungnya KTT serupa di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News