"Hasil COP26 merupakan sebuah kompromi, merefleksikan deretan kepentingan, kontradiksi, dan keinginan politik di dunia saat ini. (Hasil COP26) merupakan sebuah langkah penting, tapi tidak cukup," ujar Guterres, dilansir dari Sputnik, Minggu, 14 November 2021.
Ia menyerukan percepatan aksi iklim dalam memastikan kenaikan temperatur Bumi bisa tetap ditahan di bawah 1,5 derajat Celcius.
"Saatnya masuk ke mode darurat. Kita harus mengakhiri subsidi bahan bakar fosil, mengakhiri penggunaan batu bara, menetapkan harga pada karbon, melindungi masyarakat rentan dari dampak perubahan iklim," tegas Guterres.
Sang sekjen juga menyerukan para peserta COP26 untuk mengimplementasikan komitmen pendanaan hingga USD100 miliar dalam mendukung negara-negara berkembang menghadapi dampak perubahan iklim.
"Kita belum mencapai target-target sebelumnya dalam konferensi ini, tapi kita sudah mempunyai sejumlah kemajuan," ungkap Guterres.
Menurutnya, prioritas absolut ke depan adalah membatasi emisi gas rumah kaca, menurunkannya hingga 45 persen dalam 10 tahun ke depan (dibanding level 2010).
KTT COP26 digelar di Glasgow, Skotlandia pada periode 31 Oktober-12 November. Karena negosiasi perjanjiannya cukup alot, pengadopsian Perjanjian Iklim Glasgow baru bisa dilakukan pada tanggal 13 November.
COP26 digelar untuk membantu mencapai komitmen-komitmen krusial demi memenuhi target yang tetap disepakati dalam Perjanjian Iklim Paris 2015 di bidang pengurangan emisi gas rumah kaca, netralitas karbon, pemanasan global, dan perubahan iklim.
Dalam Perjanjian Iklim Glasgow, sekitar 200 negara sepakat untuk mengurangi penggunaan batu bara, mengakhiri subsidi bahan bakar fosil, dan berkomitmen mencapai target pengurangan emisi.
Baca: COP26: Perjanjian Iklim Glasgow Resmi Diadopsi, Apa Saja Isinya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News