Menteri Pemilihan Umum Haiti Mathias Pierre mengatakan, James Solages termasuk di antara enam orang yang ditangkap dalam 36 jam sejak pembunuhan berani Presiden Moise oleh orang-orang bersenjata di rumahnya pada dini hari Rabu.
Baca: Presiden Haiti Tewas Dibunuh Kelompok Bersenjata di Rumahnya.
“Empat tersangka penyerang lainnya tewas dan dua masih hilang,” kata Pierre, seperti dikutip The New York Times, Jumat 9 Juli 2021.
Pierre tidak memberikan rincian tambahan tentang latar belakang Solages, juga tidak akan memberikan nama orang Haiti-Amerika kedua yang dia katakan ditangkap.
Solages menggambarkan dirinya sebagai "agen diplomatik bersertifikat," seorang advokat untuk anak-anak dan politisi pemula di situs web untuk amal yang ia dirikan pada 2019 di Florida selatan untuk membantu penduduk.
Di halaman bio untuk amal, Solages mengatakan dia sebelumnya bekerja sebagai pengawal di Kedutaan Besar Kanada di Haiti. Penelusuran ke yayasan dan rekan-rekan Solages di badan amal itu tidak tersambung atau tidak dijawab.
Sementara Direktur Kepolisian Nasional Haiti, Leon Charles mengumumkan bahwa pengejaran terhadap tersangka yang disebut sebagai tentara bayaran masih tetap berlanjut. "Nasib mereka sudah ditentukan: Mereka akan tewas jika melawan atau akan ditangkap,” tegas Charles.
Saksi mata mengatakan dua tersangka ditemukan bersembunyi di semak-semak di Port-au-Prince pada Kamis oleh kerumunan. Beberapa di antaranya mencengkeram baju dan celana mereka, mendorong mereka dan kadang-kadang menampar kedua tersangka itu.
Baca: PM Haiti Sebut Pembunuh Presiden Jovenel Moise adalah Agen DEA.
Polisi tiba tak lama kemudian untuk menangkap orang-orang itu, yang berkeringat banyak dan mengenakan pakaian yang tampaknya dilumuri lumpur. Petugas menempatkan mereka di bagian belakang truk pickup dan pergi ketika massa mengejar mereka ke kantor polisi terdekat.
Sesampai di sana, beberapa orang di antara kerumunan meneriakkan: “Mereka membunuh presiden! Berikan mereka kepada kami. Kami akan membakar mereka!”
Seorang pria terdengar mengatakan bahwa tidak dapat diterima bagi orang asing untuk datang ke Haiti untuk membunuh pemimpin negara itu, mengacu pada laporan dari pejabat bahwa para pelaku berbicara bahasa Spanyol atau Inggris.
Kerumunan kemudian membakar beberapa mobil yang ditinggalkan penuh dengan lubang peluru yang mereka yakini milik para tersangka, yang adalah pria kulit putih. Mobil-mobil itu tidak memiliki pelat nomor, dan di dalam salah satunya ada kotak kosong berisi peluru dan air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News