PM Joseph mengatakan dalam sambutan yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet bahwa pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu saat meluncurkan perburuan para pembunuh. Pihak berwenang mengatakan, orang-orang bersenjata yang masuk ke dalam rumah Presiden Moise, berbicara bahasa Inggris dan Spanyol, dan tampaknya termasuk orang asing.
Baca: Presiden Haiti Tewas Dibunuh Kelompok Bersenjata di Rumahnya.
"Saudara-saudaraku tetap tenang karena situasi terkendali," kata Joseph dalam pidatonya, didukung oleh deretan pejabat berwajah muram.
"Pukulan ini telah melukai negara ini, bangsa ini, tetapi tidak akan dibiarkan begitu saja,” ujar Joseph, seperti dikutip AFP, Kamis 8 Juli 2021.
Istri presiden, Martine Moise, juga ditembak dalam serangan pada 7 Juli 2021, sekitar pukul 01:00 waktu setempat di rumah pasangan itu di perbukitan di atas Port-au-Prince. Dia dalam kondisi kritis dan upaya sedang dilakukan untuk membawanya ke Miami untuk perawatan.
Dalam video yang beredar di media sosial yang tidak dapat diverifikasi, sekelompok bersenjata -,yang wajahnya tidak dapat dilihat,- terdengar berteriak bahwa mereka adalah Agen DEA ketika mereka memasuki kediaman Moise yang dijaga di bawah penutup malam sebelum semburan tembakan terdengar.
Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat, Bocchit Edmond, membenarkan bahwa orang-orang bersenjata itu telah salah mengidentifikasi diri mereka sebagai agen DEA. Dia mengatakan, pihak berwenang Haiti akan menyambut bantuan keamanan AS setelah pembunuhan itu.
Sebuah sumber pemerintah AS membantah bahwa DEA ada hubungannya dengan pembunuhan itu.
Banyak orang di Haiti ingin Moise meninggalkan kantor. Sejak dia mengambil alih pada 2017, dia menghadapi seruan untuk mengundurkan diri dan protes massa. Pertama atas tuduhan korupsi dan pengelolaan ekonominya, kedua atas cengkeramannya yang meningkat pada kekuasaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News