Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi tingkat tinggi virtual yang dipimpin Prancis pada akhir pekan kemarin. Sebanyak 15 negara telah berjanji akan menyalurkan "sumber daya" dalam jumlah besar ke Lebanon.
"Bantuan harus diberikan secara tepat dan konsisten sesuai kebutuhan warga Lebanon. Bantuan juga harus disalurkan langsung ke masyarakat Lebanon, dengan tetap memerhatikan efisiensi dan transparansi," ujar pernyataan gabungan dalam konferensi tersebut, yang dipimpin Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Para donor siap membantu pemulihan jangka panjang di Lebanon, asalkan pemerintah negara tersebut mau mendengarkan seruan perubahan yang diminta sebagian besar warganya.
Dilansir dari BBC, Senin 10 Agustus 2020, kantor kepresidenan Macron mengatakan, Prancis telah menerima janji penyaluran dana gabungan senilai EUR252,7 (setara Rp4,3 triliun) dari para donor.
Otoritas Lebanon mengatakan, ledakan di Beirut pada Selasa kemarin telah menimbulkan kerugian material senilai USD15 miliar atau setara Rp220 triliun.
Ledakan dari gudang di area pelabuhan Beirut itu telah menewaskan sedikitnya 158 orang, melukai 6.000 hingga 7.000, dan membuat 300 ribu kehilangan tempat tinggal.
Otoritas Lebanon mengatakan, ledakan berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan selama enam tahun.
Sebelum terjadinya ledakan pun Lebanon sudah dilanda krisis ekonomi, yang diperparah dengan kemunculan pandemi virus korona (covid-19). Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyerukan pemilihan umum dini untuk menyelesaikan krisis saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News