"Saya tidak harus meminta maaf, bukan itu masalahnya, dan kata tersebut hanya akan memutuskan semua hubungan," kata Macron dalam wawancara mingguan, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 13 Januari 2023.
Macron menambahkan, satu-satunya permintaan maaf kolektifnya adalah kepada 'harki,' sebutan untuk warga Aljazair yang masuk dalam jajaran militer Prancis selama Perang Kemerdekaan Aljazair. Saat itu, menurut Macron, "janji untuk melindungi dan menyambut mereka (harki) telah beberapa kali dilanggar."
Mengenai hubungan Prancis dan Aljazair, Macron memuji kesepakatan terbaru dengan mitranya dari Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, untuk melanjutkan diskusi tentang masa lalu kedua negara.
"Dialog harus dilanjutkan. Inilah yang lebih menarik bagi saya. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah, semua orang meminta maaf dan masing-masing mengambil pergi mengambil jalan berbeda," sambung Macron, merujuk pada hubungan bilateral Prancis-Aljazair.
Ia menggarisbawahi bahwa diskusi antar kedua negara tidak boleh hanya diarahkan kepada "penyeimbangan semua masalah" terkait isu masa lalu.
Dalam wawancara 2021, Tebboune berkukuh bahwa Prancis harus secara resmi mengakui "kejahatan" era kolonial di Aljazair yang dimulai di tahun 1830. Hubungan diplomatik kedua negara merosot tahun itu.
Baca juga: Aljazair Tarik Dubesnya dari Prancis atas Komentar Macron
Prancis dan Aljazair kemudian membuka lembaran baru pada 2022, terutama setelah Macron melakukan kunjungan kenegaraan dan menemui Tebboune pada Agustus lalu.
Kedua presiden telah menandatangani perjanjian "kemitraan baru," menunjukkan kesediaan mereka untuk bekerja sama dan mengesampingkan masa lalu yang menyakitkan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News