Selain menewaskan 45 orang, serangan rudal Rusia tersebut juga melukai 79 lainnya, tulis Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky via aplikasi Telegram.
Tambahan korban tewas ini berasal dari belasan orang yang awalnya dinyatakan hilang di balik reruntuhan apartemen berkapasitas 1.700 penghuni, menurut Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor kepresidenan Ukraina.
Petugas darurat membersihkan sekitar 9 metrik ton (9,9 ton) puing selama operasi pencarian dan penyelamatan tanpa henti, kata Dewan Kota Dnipro. Sekitar 400 orang kehilangan rumah mereka, dengan 72 unit apartemen hancur total dan 236 lainnya rusak tidak dapat diperbaiki, tambahnya.
Orang-orang berkumpul di lokasi pada Selasa kemarin untuk meletakkan bunga, menyalakan lilin, dan membawa mainan. Selama tiga hari berturut-turut, seorang warga Dnipro bernama Oleksandr Pohorielov datang untuk mengungkapkan rasa duka.
"Datang ke sini seperti hadir untuk pemakaman keluarga Anda. Ini adalah kenangan, untuk mengucapkan selamat tinggal yang layak," ucapnya, dikutip dari laman Hurriyet Daily News, Rabu, 18 Januari 2023.
Serangan mematikan terbaru dari Rusia terhadap sasaran sipil di Ukraina ini memicu kemarahan, dan juga pengunduran diri mengejutkan dari seorang penasihat presiden Ukraina. Oleksii Arestovych. Ia sempat mengatakan bahwa rudal Rusia meledak dan jatuh setelah ditembak jatuh sistem pertahanan udara Ukraina.
Kenyataannya tidak seperti itu, karena Ukraina belum memiliki sistem pertahanan yang dapat menembak jatuh rudal supersonik Kh-22 milik Rusia.
"Saya bertekad untuk memastikan bahwa semua pembunuh asal Rusia, setiap orang yang memberi dan melaksanakan perintah teror rudal terhadap rakyat kami, akan menghadapi hukuman yang sah. Saya akan memastikan bahwa mereka akan menjalani hukuman," sebut Zelensky.
Baca juga: Erdogan Siap Jadi Mediator 'Perdamaian Abadi' Rusia-Ukraina
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News