"Selama panggilan telepon, Presiden Erdogan menegaskan kembali bahwa Turki siap memfasilitasi serta menengahi pembentukan perdamaian abadi antara Rusia dan Ukraina," kata kantor kepresidenan Turki di Ankara, dikutip dari laman The National News, belum lama ini.
Beberapa waktu sebelumnya, Erdogan telah membuat tawaran serupa dan pernah memfasilitasi beberapa pertemuan antara pejabat Rusia dan Ukraina sejak terjadinya invasi pada Februari 2022. Namun hingga saat ini, belum ada lagi pembicaraan terkait perdamaian.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca juga: Erdogan: Turki Perlihatkan 'Kekuatan Diplomatik' Selama Perang Rusia-Ukraina
Selain soal prospek perdamaian, Erdogan dan Putin juga membahas mengenai pertukaran tahanan dalam perang Rusia-Ukraina, terutama mereka yang terluka. "Pertukaran pandangan tentang situasi di sekitar Ukraina juga terus berlanjut," ucap kantor kepresidenan Rusia.
Media nasional Rusia melaporkan bahwa panggilan telepon Putin dan Erdogan tak hanya berfokus pada pertukaran tahanan, tetapi juga merujuk pada penolakan negara-negara Barat terhadap usulan gencatan senjata oleh Moskow.
Sebelumnya, Putin memerintahkan gencatan senjata sepihak dalam 36 jam sebelum Natal Ortodoks pada 7 Januari 2023. Namun, langkah itu ditolak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengatakan tidak akan ada gencatan senjata hingga Rusia menarik semua pasukannya dari wilayah yang diduduki.
Meski menolak gencatan senjata, Zelensky mengatakan bahwa dirinya terbuka untuk "pembicaraan damai sejati" dengan Rusia yang mencakup penarikan pasukan, pemberian kompensasi kepada Ukraina atas segala kerusakan, dan bekerja sama dalam penyelidikan kejahatan perang.
Sementara itu selain mengenai situasi di medan perang, Erdogan dan Putin juga membahas seputar ekspor amonium serta koridor pengiriman gandum serta produk biji-bijian. Selain itu, kedua pemimpin juga menyatakan bahwa prioritas mereka masih mencakup pasokan gas Rusia serta pembentukan pusat gas regional di Turki.
Perbincangan itu Erdogan dan Putin juga membahas normalisasi hubungan diplomatik antara Turki dan Suriah, sekutu utama Rusia. Turki pernah memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah dan mendukung sejumlah kelompok bersenjata yang berusaha menggulingkan rezim di Damaskus. (Jessica Gracia)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id