Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu, Turki berusaha memainkan peran mediator dalam upaya menyudahi konflik tersebut.
"Peran penting kami dalam pembukaan dan pemeliharaan koridor gandum, serta pertukaran tahanan (antara Rusia dan Ukraina), adalah contoh penting dari kekuatan diplomatik Turki," kata Erdogan di acara Forum Politik dan Paradigma Baru di Istanbul.
"Turki telah memainkan peran sebagai kekuatan penyeimbang sejak perang dimulai pada Februari, yang bisa terjadi berkat hubungan kami dengan Presiden Rusia dan Ukraina serta Sekretaris Jenderal PBB," tambahnya, dikutip dari laman Yeni Safak.
Pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Erdogan kembali berada di garis terdepan dalam upaya mediasi pekan ini, setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian yang telah disepakati dengan Ukraina. Perjanjian yang dimediasi PBB serta Turki itu telah disepakati di Istanbul pada Juli lalu.
Rusia menarik diri dari perjanjian tersebut pada 29 Oktober, dengan menuduh Ukraina telah menyerang armada angkatan laut di Laut Hitam.
Selang beberapa waktu, Turki dan PBB berhasil meyakinkan kembali Moskow untuk mempertimbangkan keputusan tersebut. Ketegangan pun berakhir, dan perjanjian ekspor biji-bijian, termasuk gandum, kembali berlanjut di tengah krisis pangan global.
Baca: FAO: Harga Gandum Naik Lagi Imbas Pengetatan Pasokan di AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News