Sabtu kemarin, Guterres dan Menteri Luar Negeri Kirgistan Zheenbek Kulubaev mendiskusikan ketegangan terbaru di perbatasan yang telah menewaskan setidaknya 54 orang dari kedua kubu, dengan angka korban luka mencapai lebih dari 112.
Sengketa perbatasan sering terjadi antara Kirgistan dan Tajikistan dalam tiga dekade terakhir. Saat ini, sekitar separuh dari area perbatasan sepanjang 970 kilometer masih dipermasalahkan oleh Kirgistan dan Tajikistan.
Kedua negara menyepakati gencatan senjata pada Jumat kemarin, dan Presiden Kirgistan Sadyr Japarov telah bertemu Presiden Tajikistan Emomali Rahmon dalam sebuah pertemuan di Uzbekistan.
Namun beberapa jam setelahnya, Kirgistan dan Tajikistan kembali ribut atas tuduhan pelanggaran gencatan senjata.
"Guterres menekankan pentingnya mencegah konflik lebih lanjut dan menyerukan penyelesaian melalui dialog damai konstruktif antar kedua kubu," ujar pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Kirgistan, dikutip dari TRT World, Minggu, 18 September 2022.
Kulubaev menginformasikan Guterres mengenai dampak-dampak konflik dengan Tajikistan, termasuk "korban jiwa di kalangan masyarakat sipil" dan "hancurnya berbagai fasilitas infrastruktur sosial."
Kepada Kulubaev, Guterres mengekspresikan kesediaannya untuk bertemu langsung Japarov di New York pada 20 September mendatang.
Baca: Bentrok dengan Tajikistan, Kirgistan Deklarasikan Status Darurat di Batken
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News