"Mereka yang cenderung diam, terlepas dari apakah mereka terpaksa melakukannya atau memiliki keterlibatan tertentu, dapat dikatakan turut terlibat dalam sebuah imperialisme baru," kata Macron, dikutip dari politico.
Dalam sebuah pernyataan terkerasnya sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, Macron mengatakan agresi Negeri Beruang Merah terhadap negara tetangganya menandai peristiwa "kembalinya ke zaman imperialisme dan kolonialisme." Dalam konteks ini, dunia disebut Macron tengah menghadapi sebuah pilihan antara "perang dan perdamaian."
Di saat negara-negara Barat seperti Prancis memperlihatkan persatuan dalam menentang invasi Rusia, respons dari benua Afrika dan Asia cenderung diam.
Sejumlah negara enggan mengecam Rusia terlalu keras, sebuah tren yang terefleksikan dalam pemungutan suara di PBB. April lalu, sebanyak 58 negara, termasuk India, Brasil, Afrika Selatan dan Indonesia, memilih abstain dalam pemungutan suara sebuah resolusi yang bertujuan mendepak Rusia dari Dewan Keamanan PBB.
Berbicara kepada delegasi dari seluruh dunia, Macron mengakui adanya "rasa ketidakadilan" yang dirasakan sejumlah negara yang terkena imbas invasi Rusia di Ukraina, termasuk di bidang pangan, energi dan ekonomi. Namun ia juga menyampaikan peringatan keras kepada negara-negara yang hingga kini masih berada di posisi "netral."
"Saya ingin menegaskan satu hal: mereka yang ingin meniru skema nonblok dan menolak mengekspresikan diri, jelas-jelas sedang membuat sebuah kesalahan," ujar Macron, merujuk pada Gerakan Nonblok selama Perang Dingin.
Untuk memperlihatkan bahwa Prancis peduli terhadap dampak invasi Rusia ke Ukraina yang dirasakan negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, Macron mengumumkan bahwa negaranya mendanai transportasi gandum Ukraina ke Somalia dengan bekerja sama dengan Program Makanan Dunia (WFP).
Macron sempat dikritik karena dinilai tidak mendukung Ukraina dengan sepenuh hati, karena ia terus berkomunikasi dengan Pemerintah Rusia. Ia juga pernah dikritik karena mengatakan tidak ingin "mempermalukan" Rusia setelah terjadinya invasi.
Baca: Macron Tegaskan Rusia Tidak Boleh Dipermalukan di Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News