Dalam sistem pemerintahan di Inggris, pemimpin partai berkuasa akan otomatis dinobatkan sebagai perdana menteri.
Dua tokoh terakhir pengganti PM Johnson, Truss dan mantan menteri keuangan Rishi Sunak, sudah beberapa kali muncul dalam acara debat televisi dan kampanye dalam dua bulan terakhir.
Pemenang dari pemilu Partai Konservatif akan diumumkan pada Senin, 5 September mendatang. Sehari setelahnya, PM Johnson akan mengajukan pengunduran dirinya secara resmi kepada Ratu Elizabeth II.
Pemungutan suara itu melibatkan sekitar 200.000 anggota Partai Konservatif sejak awal Agustus. Selama pemilu antara para anggota, Truss terus diunggulkan atas Sunak.
Perempuan 47 tahun itu berkampanye untuk memangkas pajak dan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi. Kampanyenya dianggap tepat karena Inggris tengah menghadapi inflasi dan diperkirakan akan memasuki resesi akhir tahun ini.
"Saya memiliki rencana berani yang akan menumbuhkan ekonomi kita dan memberikan upah yang lebih tinggi, keamanan bagi keluarga, dan layanan publik kelas dunia," ujar Truss, dikutip dari AFP, Sabtu, 3 September 2022.
"Bila saya terpilih sebagai perdana menteri, saya tidak akan pernah membiarkan siapa pun merendahkan kita, dan saya akan mengerahkan segala daya saya untuk memastikan kesuksesan negara kita," imbuh dia.
Baca: Boris Johnson Harap Liz Truss Raih Dukungan Besar sebagai PM Inggris
Sementara itu, Sunak mengkritik rencana Truss sebagai tindakan 'sembrono,' Ia memperingatkan, Truss berisiko meningkatkan inflasi dan melemahkan posisi negara di hadapan pemberi pinjaman dan pasar internasional.
Pria 42 tahun itu kemudian menyinggung pengalamannya membimbing ekonomi Inggris melewati pandemi Covid-19. Menurut Sunak, ia dapat kembali memimpin negara itu mengarungi kesulitan saat ini.
"Kita menghadapi tantangan besar ke depan, tetapi juga peluang besar," tutur Sunak.
"Saya tahu apa yang diperlukan untuk melewati masa-masa sulit. Saya melakukannya sebagai menteri, dan saya akan melakukannya lagi sebagai perdana menteri," serunya.
Persaingan ketat itu bermula sejak PM Johnson mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Konservatif pada 7 Juli. Ia terdesak mengambil keputusan tersebut menyusul rentetan skandal dan pengunduran diri 60 anggota pemerintah Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News