Dalam laporan radio DR, disebutkan bahwa Layanan Intelijen Pertahanan Denmark (FE) berkolaborasi dengan Agensi Keamanan Nasional AS (NSA) dalam mengumpulkan informasi para petinggi Eropa dari 2012 hingga 2014.
Menteri Pertahanan Denmark, Trine Bramsen, tidak mengonfirmasi dan juga tak membantah laporan tersebut. Namun ia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa "memata-matai sekutu dekat secara sistemik merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima."
Bramsen belum menjadi menhan dalam periode 2012-2014.
"Hal ini tidak dapat diterima di kalangan sekutu, apalagi antara sekutu dan mitra-mitra Eropa," kata Macron usai berbicara dengan Merkel, dilansir dari laman BBC pada Selasa, 1 Juni 2021.
Merkel sepakat dengan pernyataan Macron, namun ia juga merasa cukup puas dengan kecaman dari Bramsen.
Selain Prancis dan Jerman, Swedia beserta Norwegia juga meminta penjelasan AS dan Denmark atas kemunculan laporan tersebut.
Baca: Intelijen Denmark Dituduh Bantu AS Memata-matai Politisi Eropa
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg mengaku tak habis pikir mengapa negara-negara yang menjalin hubungan dan kerja sama erat "merasa perlu saling memata-matai."
Laporan DR telah bermunculan di berbagai kantor berita Eropa. Dalam laporan itu disebutkan bahwa NSA memiliki akses terhadap pesan teks dan percakapan telepon sejumlah politisi Eropa. NSA disebut melakukan hal ini dengan memasuki jaringan kabel internet Denmark lewat bantuan FE.
Kerja sama tersebut, dilabeli sebagai "Operation Dunhammer" dalam laporan DR, memungkinkan NSA mengumpulkan data dengan menggunakan nomor telepon politisi sebagai parameter pencarian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News