"Ketika kepercayaan dirusak, beberapa hal lain dapat rusak juga," kata Chambard di Jakarta, Jumat, 24 September 2021.
Namun, Prancis tidak menghentikan operasi pembuatan kapal selam karena Australia. Pihaknya juga tidak bakal mengganggu hubungan Australia dengan Eropa meski 'ditusuk dari belakang'.
"Bisakah kita terlibat dalam negosiasi besar sekarang? Kami tidak yakin mengenai kepercayaan terhadap mitra yang merusaknya," terang Chambard.
Ia mengatakan Prancis akan membuat perubahan dalam dialog mengenai pengadaan kontrak militer. Perubahan diperlukan agar negara tidak kembali mengalami kejadian serupa.
Chambard mengatakan kontrak sangat kompleks. Sebab, memiliki masalah keuangan, teknis, dan politik di dalamnya.
Prancis tetap yakin alat-alat militer mereka sangat baik. Sehingga tidak takut kehilangan mitra di kemudian hari.
AUKUS adalah pakta pertahanan yang fokus pada kapabilitas militer AS, Australia, dan Inggris. Pakta ini meliputi elemen perang siber, kepintaran buatan (AI), kemampuan bawah laut, dan teknologi nuklir.
AUKUS dipandang sebagai sebuah pakta yang tidak sejalan dengan komitmen non-proliferasi nuklir, atau janji untuk tidak membuat atau menyebarkan senjata nuklir. Dalam kesepakatan AUKUS, Australia akan mendapat bantuan dari AS dan Inggris untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir.
Komunitas internasional menebak AUKUS adalah cara untuk menghadapi pengaruh Tiongkok di kawasan. Namun, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan AUKUS tidak ditujukan untuk menghadapi Negeri Tirai Bambu tersebut.
Baca: Dubes Prancis: Banyak Usaha Dicurahkan untuk Kontrak Kapal Selam dengan Australia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News