Dikenal sebagai seorang tokoh sentris, Macron terancam kehilangan mayoritas absolutnya di majelis rendah Prancis. Hal ini diakibatkan performa kuat aliansi baru sayap kiri pimpinan Jean-Luc Melenchon di pemilu legislatif putaran pertama.
Jika aliansi sayap kiri kembali meraih suara signifikan, maka Macron dapat kehilangan suara mayoritas yang diperlukan agar dirinya dapat memerintah Prancis dengan leluasa.
Dilansir dari Gulf Today, pemungutan suara dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat, dan proyeksi hasilnya diperkirakan sudah dapat diketahui pada pukul 20.00.
Hasil dari pemilu legislatif putaran kedua ini dapat mengubah wajah perpolitikan Prancis.
Sejumlah lembaga survei memprediksi kubu Macron akan meraih kursi terbanyak di parlemen. Namun di waktu bersamaan, tidak ada jaminan apa pun koalisi Macron mampu mencapai ambang batas mayoritas absolut di angka 289.
Masih dari prediksi sejumlah lembaga survei, kubu sayap kanan diperkirakan mencapai kesuksesan terbesarnya dalam beberapa dekade terakhir dalam pemilu legislatif kali ini. Sementara aliansi kiri-hijau diperkirakan dapat menjadi kelompok oposisi terbesar.
Jika kubu Macron tidak bisa mencapai mayoritas absolut, maka Prancis berpotensi memasuki periode ketidakpastian. Kondisi semacam ini biasanya hanya bisa diselesaikan melalui skema berbagi kekuasaan antar partai -- sesuatu yang belum pernah terjadi di Prancis dalam beberapa dekade terakhir.
Macron, yang ingin mendorong usia pensiun, agenda pro-bisnis serta integrasi Uni Eropa, kembali terpilih sebagai presiden dalam pemilu April lalu.
Usai memilih presiden, sudah menjadi tradisi di masyarakat Prancis untuk mengikuti pemilu legislatif beberapa pekan setelahnya. Pemilu semacam itu bertujuan untuk menentukan apakah pemenang dapat meraih mayoritas parlemen atau tidak.
Baca: Prancis Gelar Pemilu Legislatif usai Kemenangan Macron April Lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News