Betty T. Sari, pemerhati wastra Indonesia yang mengisi lokakarya tersebut, menjelaskan bahwa dalam masyarakat Sumba, wanita dengan kuku bertelau biru artinya adalah wanita ideal, karena dia pandai menenun dan pekerja keras.
Selain mengurus rumah tangga, perempuan seperti itu adalah pencari nafkah. Kuku tangan berona indigo karena tekun menenun pekan demi pekan, di sela pekerjaan mulia mengurus anak dan rumah tangga.
Sejak merebaknya pandemi Covid-19, sumber penghasilan wanita di Sumba dari menenun menurun drastis. Untuk itu, pemerintah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerja sama dengan sejumlah universitas di Indonesia dan Belanda, telah melakukan pembinaan terhadap lebih dari 15 desa penghasil kain tenun Sumba.
Berdasarkan keterangan di situs Kementerian Luar Negeri, Senin, 25 April 2022, pembinaan ini dilakukan untuk memelihara keaslian cara dan tradisi menenun serta motifnya yang masing-masing memiliki makna tersendiri.
Dalam kegiatan lokakarya, para peserta di kota Best mencoba untuk menggambar corak Tenun Sumba yang khas. Mereka juga diberikan pemahaman bahwa di balik indahnya Tenun Sumba, terdapat peran emansipasi wanita yang sangat penting di tengah masyarakat Sumba.
Betty menjelaskan tentang kualitas tenun Sumba yang keseluruhan prosesnya berasal dari kearifan lokal dan 100 persen dibuat dari bahan alami.
Baca: Tenun Indonesia Dipamerkan di Belgia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News